Wednesday, December 24, 2008

Dua Satu Tanpa Orang Itu

Aku dan keluargaku bukan golongan yang menganggap istimewa tanggal kelahiran. Seumur-umur, keluargaku belum pernah membuat acara khusus tertentu dalam rangka menyambut milad anggota keluarga kami. Kalaupun ada, aku yang punya inisiatif membelikan makanan untuk keluarga atau teman-teman. Nraktir? em... kalau lagi ada uangnya aja, itu juga mesti ditodong paksa ama temen-temen :D

Bertepatan dengan angka dua satu bulan ini, aku sudah tidak di rumah keluarga intiku lagi. Kini aku sudah masuk keluarga baru. Surprise, karena keluarga baruku ini memberi kejutan di pagi hari tanggal dua satu itu. Mama mengucapkan doa seraya memelukku, sedangkan Papa memberikan restu dan mengulurkan tangannya agar aku dapat menyalami beliau. So sweet....

Lalu, bagaimana dengan orang itu? Orang yang pertama mengingatkan aku bahwa hari itu jatah hidupku telah berkurang satu adalah dia. Subuh itu, ada kejadian yang membuatku lupa kalau itu hari lahirku. Aku kaget dan agak aneh. Biasanya aku hanya menerima ucapan-ucapan itu via sms atau dunia maya, tidak pernah mendapati orang yang secara langsung di pagi buta memberi ucapan itu.

Ada rasa haru, uhuk... uhuk.... Tapi ternyata, hari itu gak seindah bayangan. Orang itu ada urusan di luar kota, menginap pula. Huhuhu... gak seru. Aku kan mau minta ditraktir :D Tapi mau bagaimana lagi, tugas itu lebih prioritas. Semoga Allah meridhai urusannya itu. Aku pun gak berlarut dalam sepi, karena mesti menjalani rutinitas akhir pekan yang sekarang lebih padat dari sebelumnya. SERUUU...

Jam 6 aku berangkat ke SOS Cibubur untuk senam pagi. Berangkat bareng kakak ipar naik blacknim dengan tetap aku sebagai ojekernya. Gak berubah2 jg ya statusku :D. Jam 8 balik ke rumah plus keujanan. kakak ipar gak mau neduh dulu soale mau balik ke rumahnya di Kalisuren, so kuyup sudah semua pakaianku krn telat ngeluarin jas hujan.

sampai di rumah, orang itu dah pergi. langsung aja aku nyuci2, bebersih, sarapan makanan yg dah disiapin mama, trus berangkat lagi ke tempat ngaji. ba'da zhuhur baru balik lagi ke rumah. bantuin mama masak trus ngejemur pakaian. abis itu boci, ngantuk booo... bangun2 jam 4 krn dah ada yg ngucap salam mau ngaji. wuaa..... lupa! aku mesti ngajar hari ini. buru2 bangun, mindik2 ke kamar mandi (bukan untuk mandi, cuma cuci muka n wudhu doang), trus shalat ashar krn aku kebablasan tidur sampai jam 4. huhuhu.... malu... yg datang dah pada wangi, tuan rumahnya masih smeelly :D

meski belum mandi, pede berat nemenin mereka ngaji sampai maghrib tiba. pas pengen shalat, kok aku gak betah ya sama gerahnya badanku. yasud, mandilah sore itu. rumah mulai sepi. mama papa rupanya tidur awal, kecapean abis nemenin cucunya (anak adik iparku). jadilah aku sendiri yg belum tidur. em... ngapain ya? oh ya, jemuran dah kering, gosok aja deh...

ajaib, aku yang biasanya gak betah gosok baju berlama2, gak bisa tahan kantuk di atas jam 9, kali itu bisa gosok baju sampai jam 10 lebih dan semua baju rapi kegosok semua. kayaknya, ini efek samping gak ada orang itu. jadi gak ada pengganggu, bisa fokus ngerjain ini itu. yuhuu.... besoknya berangkat pagi dgn santainya bareng si blacknim. alhamdulillah... dua satu tanpa orang itu? gak masalah tuh :p

Friday, November 14, 2008

Allah Itu Ar-Razzaaq


Bismillah, semoga pengalaman kecil ini bisa diambil hikmahnya.

Aku mungkin terlampau logis dan realistis. Segala hal diperhitungkan secara hitungan matematis sehingga yang namanya hal-hal berbau keajaiban jauh sekali dari pikiranku. Tapi kini aku benar-benar merasakan "keajaiban" itu. Aku lebih senang menyebutnya "keberkahan" dari-Nya. Segala puji bagi-Mu yang telah melimpahkan berbagai nikmat kepada kami, ya Allah....

Ketika memutuskan untuk mengambil keputusan untuk mengikuti sunnah hasanah itu, yang terpikir olehku tentu banyak sekali, salah satunya tentang materi include biaya walimah kami (aku dan orang itu tentu). Kondisi keuangan keluargaku sedang tidak memungkinkan untuk mensubsidi acaraku itu. Orang itu pun bukanlah orang berada yang mampu memikul semua biaya walimah. Sedangkan aku? Aku baru saja keluar dari pekerjaanku dan baru satu bulan menjadi karyawan baru. Nekat sekali mengambil keputusan menikah di saat itu. Status menikah itu "riskan" sekali di perusahaan baru. Tapi bismillah, aku tetap melangkah.

Akhirnya, hari itu pun tiba. Hari ketika perwalian telah berpindah dari bapak ke dia, orang yang kupercaya bisa menjadi imam bagiku. Sungguh, aku merasa tak percaya. Dengan dana yang sekadarnya, konsep acara yang sederhana, dan perencanaan yang serba singkat, aku merasakan banyak sekali keberkahan. Mulai dari bala bantuan saudara-saudara sedarah, seukhuwah, sampai "bantuan-bantuan dari tangan-tangan yang tak kami duga". Subhanallah walhamdulillah. Kami bergidik takjub akan segala nikmat-Mu, ya Allah.

Sore hari jelang hari H, kami mengadakan pengajian dengan anak yatim. Tak disangka, jumlah yang kami undang sebanyak 30 orang bertambah menjadi 33 orang. Subhanallah, yang kami siapkan bisa memenuhi jumlah yang datang, belum lagi beberapa jumlah yg kami titipkan utk yg tidak datang. Padahal jelas-jelas aku menghitung jumlah itu cuma 33. Subhanallah...

Malamnya, pengajian utk bapak-bapak pun digelar. Usai acara itu, ada seorang nenek datang ke depan rumah. Kebetulan aku ada di sana. Ia meminta makanan, segera kuambil besekan. Belakangan, aku baru sadar kalau nenek itu bukan warga setempat padahal dia bilang kalau dia lihat tetangganya dapat makanan dari kami. Allah..., aku bergidik mengenang itu.

Malam setelah hari H, aku dikejutkan dengan sebuah amplop yg bapak terima. Beliau lupa siapa orang yg memberinya karena ada beberapa org (kerabat dekat saja) yg menyerahkan amplop ke beliau. Di antara amplop yg beliau terima, hanya ada 2 amplop tak bernama, tp yg ini membuat kami hanya mampu bersyukur pada-Nya. Satu amplop tak bernama itu, apakah Malaikat yg mengirimnya? Ya Allah, kami hanya mampu bersyukur pada-Mu dan hanya mampu membalas kebaikan (siapa pun dia) dengan doa agar Engkau membalas kebaikannya dengan yang lebih baik lagi, baik di dunia maupun di akhirat sana.

Aku masih penasaran dan terus melacak selama hampir 2 minggu ini siapakah gerangan si malaikat tak bernama itu, namun tak jua kutemu jawabannya. Dan lagi, sepanjang pencarian itu, Allah masih memberi rezeki dari arah yang tak pernah kuduga. Maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan. Aku jadi teringat kutipan ayat yang orang itu lampirkan dalam biodatanya ketika aku terima,

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS An-Nur [24]:32)

Rabbana, semoga kami senantiasa istiqamah dalam taat kepada-Mu, dalam mensykuri segala nikmat-mu, dan dalam menjaga diri kami agar tidak durhaka kepada-Mu. Amin.

Thursday, November 13, 2008

antar Mie Aceh dan Ngojek lagi

pagi ini berangkat ke kantor sudah sarapan, sih. sarapan nasi goreng. sepiring berdua sama orang itu. uhuk... uhuk..., ini sok romantis atau emang porsi makannya yg irit, ya? (hemat.com)

diantar sampai ps. rebo, trus naik 509 turun di trakindo. nah, di sini aku gak langsung naik angkot ke montong, tp nunggu seorang kakak di perempatan ampera. dasar belum berjodoh, kita gak ketemu di situ. si kakak jg ndak bawa hp. yo wes, berangkatlah dgn buru2 ke montong. telat euy...


sampai di montong, orang2 bilang tumben. biasanya aku gak pernah telat, datangnya ngalahin OB yg piket pagi. huhuhu... terharu, ternyata orang baru kayak aku diperhatiin jg. ada rasa seneng di hati, tp rasa laparku lebih mendominasi. ah... ke mana larinya nasi goreng itu?

warung jualan sih banyak, tapi kerjaan dah menanti. mau bagaimana lagi? jadilah aku ngubek di kubikel atas sesiangan. tapi sebelumnya sempet baca postingan OT yg ini, jadilah aku kepikiran mie aceh. siangnya tetangga sebelah ngajakin ke bank, with style aku jd tukang ojeknya, tp pake motor org kantor. aku sambut dengan gembira, sekalian mo transfer uang pulsa and hunting mie aceh....

tapi ternyata, belum rezeki kali kayaknya. sepanjang jalan udah celingak-celinguk, tp gak nemu pedagang mie aceh. huhuhu... padahal banyak tukang jualan, tp kok ya soto lagi, padang lagi. jadilah aku pilih soto kudus utk menu makan siangku. alhamdulillah, enak juga... ^_^

Monday, November 10, 2008

rikuh, aneh, gak tau deh

rasanya aneh aja ada orang asing tinggal di rumahku, bahkan ikutan masuk ke kamarku.
rasanya rikuh sekali mesti melayani seseorang yang belum aku kenal kecuali dari beberapa pertemuan.
ah.... gak tau deh. aku lagi belajar, belajar, dan berjuang. berusaha melawan sifat egois dan "terlampau mandirinya" aku. berjuang menjalani setengah agama ini. berat? itu pasti, tapi aku yakin Allah sentiasa meridhai.

Friday, October 31, 2008

mbak, masih berangkat hari ini?

"mbak, masih berangkat hari ini?" tanya mamanya dimas, tetangga seberang rumah.
"iya, ceu. cutinya nanti," jawabku sambil buru-buru jalan karena kayaknya udah kesiangan.

"gimana persiapannya? deg-degan ya karena dah deket hari H-nya?" tanya temanku.
"gw lebih deg-degan kerjaan gw kelar before deadline atau kagak. huhuhu...." jawabku miris.

"siapkan mentalnya ya, ukhti. banyak2 zikir supaya hati tenang dan ikhlas," guruku menasihati.
"amin. jazakillah mbak atas taujihnya. ana masih masuk kerja, nih..." aku jawab telepon sambil nyengir.

bismillah.... semoga deadline kekejar. editan kelar, storyboard utk pemotretan selesai, pemotretannya jg lancar. amin....

Tuesday, October 28, 2008

aku pagi ini

pagi ini gak berangkat bareng blacknim. ehm... semalam pulangnya telat, tp bukan krn sebab. hujan deras yg mengguyur jakarta semakin menambah macet jalan raya. akhirnya sampai rumah lebih malam dari biasanya.

"lan, besok ndak usah bawa motor ya. hujan2 begini orang yg di rumah khawatir kalo lan bawa motor," ibu memberi pesan sponsor semalam.

yah, apa boleh buat. menurut saja deh.

ndak masalah sih pp kantor-rumah dgn angkutan umum. cuma dua kali. tapi berangkatnya bikin bete. 509 memang gak pernah mengubah tabiatnya. menanti penumpang dgn penuh kesabaran (baca: ngetemnya lama banget), trus kalo belum oleng tuh minibus, belum berhenti naikin penumpang. belum lagi aroma pagi di angkutan. ada wangi sekali, aroma becek jalanan, aroma badan, sampai asap2 yg mengepul dr lintingan rokok orang2 yg aku anggap gak tau diri. hiks...

sampai di kantor masih tergolong pagi, bisa menyapa sekuriti yg biasanya cuma dapat anggukan kepalaku plus helm2nya. bisa ketemu si muti yg manis si anak bukune, bisa tilawah di angkot lagi. ah, jadi ingat zaman ngantor awal2 di depok sana.

trus pas lg search ttg design grafis, eh nyasar di blog seseorang yg masang puisinya gie sbg backsound blognya. huhuy... yg baca nicholas saputra. selama ini gak gitu suka film atw hal2 yg berhubungan dgn gie. tapi pas dengar puisi ini, kok manis sekali. hayah... kok aku jadi suka puisi sih...?

Sebuah Tanya

“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”

(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”

(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)

“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”

Monday, October 27, 2008

tentang satu langkah, tentang akad untuk menikah

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

“Pernikahan adalah akad untuk meninggalkan kemaksiatan, akad untuk saling mencintai karena Allah SWT, akad untuk saling menghormati dan menghargai, akad untuk saling menerima apa adanya, akad untuk saling menguatkan keimanan, akad untuk saling membantu dan meringankan beban, akad untuk saling menasihati serta akad untuk setia kepada pasangannya, baik dalam suka maupun duka, dalam kefakiran dan kakayaan, juga dalam sakit dan sehat.”
(Cahyadi Takariawan, Di Jalan Dakwah Kugapai Sakinah)

Saya bukanlah seseorang yang memiliki karakteristik seperti Khadijah, tidak secantik dan sepandai Aisyah, pun tidak sebijak dan qanaah layaknya Fatimah. Saya hanyalah seorang manusia biasa, yang punya banyak kekurangan dan sering alpa.

Dia bukanlah seperti sosok idola saya, Nabi Muhammad saw, Rasulullah tercinta. Ia tidak seperti sahabat Rasulullah favorit saya, Umar ibnul Khaththab, seorang yang tegas namun tetap bersahaja. Bahkan tidak pula seperti Fahri dalam Ayat-ayat Cinta meski namanya serupa.

Namun kami memang tidak mencari kesempurnaan. Kami tekadkan ini langkah awal dalam perjuangan panjang. Dan Bismillah, demi asma-Nya, kami melangkah. Kami ikuti sunnah hasanah Rasul-Nya, menggenapkan setengah agama.

Kami mohon doa dan restu Bapak, Bunda, Om, Tante, Kakak, Mbak, Mas, Adik, Sahabat, dan teman-teman semua. InsyaAllah kami akan melangsungkan akad nikah dan walimah pada;

Hari Ahad, 2 November 2008
Pukul: 09.30-15.00
di rumah mempelai wanita
Jln. Manunggal 2 No. 69 RT 004/04
Kp. Rambutan-Ciracas
Jakarta Timur

Mungkin tidak ada walimah mewah, makanan berlimpah, pesta meriah, maupun tempat megah. Namun kami berharap acara ini berkah, demi syiar dan mencegah fitnah.

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika selama ini ada tingkah, sikap, tulisan, atau interaksi apa pun yang tidak berkenan di hati Anda semua. Semoga Allah menganugerahi kita semua keberkahan-Nya. Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

ian & fahri

Friday, October 24, 2008

antara butterfly effect dan dinar-dirham

pagi ini majalah sabili edisi Oktober nyampe di kubikel. seru-seru temanya. baru buka halaman depan aja udah bikin begidik sendiri. Judul utama artikel di halaman depan itu adalah "Butterfly Effect".
satu kepakan lembut dari seekor kupu-kupu, bisa berarti badai tornado yang akan datang di tempat lain.
sekecil apa pun keputusan yang kita putuskan, selalu memiliki kaitan dengan yang lain, apa pun itu.
ehm... jadi merenung sendiri. selama ini selalu egois bertindak, enggak mikirin dampak tindakan itu bakal berakibat seperti apa bagi orang lain. syukur-syukur berpengaruh positif, tp kayaknya dampak negatif aja deh yg keseringan. hiks... baru nyesel deh sekarang. semoga besok-besok gak terulang lagi. amin.

masih dari majalah sabili. kali ini di halaman2 terakhir. ttg krisis global yg melanda. yah, wacana ini bukan wacana baru, tp tetep antusias jg baca tulisan yg dikutip dari Prof. Umar Ibrahim Vadillo. yeah, lawan kapitalisme dengan Dinar-Dirham. bahasanya mudah utk sekelas saya yg enggak mudah paham bahasa ekonomi. satu kutipan yg ngena banget adalah
krisis ekonomi yg menerpa AS menjadi bukti betapa kapitalisme senantiasa merepotkan dan uang kertas (fiat money) tak memiliki daya tahan kuat.
kembali ke butterfly effect td, ada koneksinya jg ya. krisis ekonomi AS ada di benua mana, ternyata bangsa Indonesia yang ada di benua Asia kena imbasnya jg. so, emang butuh kerja keras bersama utk melawan penjajahan berkedok kapitalis ini. kembali ke dinar-dirham. ah... lagi2 masih cita2. semoga bisa jadi nyata.

Wednesday, October 22, 2008

Ketika Dipanggil Antum

Huehehe.... rasanya aneh sekali dipanggil antum.
Pertama, antum kan panggilan ihtiram (hormat) utk laki-laki. Saya kan perempuan (iya, kan?)
Kedua, antum kan panggilan di kalangan tertentu gitu. Saya kan kalangan biasa (baca: ndablek. jawa-red)
Ketiga, yang manggil antum orang nekat itu.

Hehehe.... Dasarnya saya orang yg ceplas-ceplos, langsung aja labrak utk jgn manggil antum. Jelasin panjang kali lebar. Galak? Biarin aja...

Tuesday, October 21, 2008

Tentang Ketakutan

Aaaaaaaaaaah... gengsi rasanya saya menulis tentang ketakutan saya ini. Mungkin malu kalau kedegilan saya tampak oleh orang lain. Huh...!

Tapi buat apa mempertahankan gengsi dan harga diri, toh akhirnya itu semua gak berarti. Akhirnya, ketakutan itu harus saya akui. Yah, saya adalah si penakut. Cuma sama buah yg berambut saja saya bisa takut sampai pingsan. Cuma ngomong ke atasan saja saya canggung gak karuan. Cuma karena gak tahu besok bakal seperti apa saja saya takut kehilangan pekerjaan. Ih, kayak enggak punya Allah, Sang Maha Pelindung!

Rasa takut kan manusiawi, dalih saya. Tapi akhirnya saya sadari bahwa itu muncul ketika saya belum beraksi. Saya belum usaha yang akhirnya usaha itu meyakinkan hati bahwa saya bisa melaluinya.

Terbukti, saya yang takut setengah mati dengan buah "itu" akhirnya mulai berani. Karena apa? Karena setiap hari saya harus melewati 2 pohon besar buah itu, tentu berikut buah2nya yang sering berguguran di tanah.

Terbukti, saya yang canggung terhadap atasan 0saya bisa mencair karena beliau ternyata teman sekelas tante (istri om saya [om di dunia maya]). Ah..., ternyata dunia itu sempit ya?

Pokoknya, kekhawatiran, ketakutan yang tak berdasar itu bisa dilawan. Lawanlah diri sendiri karena ternyata ketakutan itu adalah ketakutan akan diri kita sendiri.

Monday, October 13, 2008

Memulai untuk Memilih

Utamakan yang Allah ridhai
Nasihat orang tua, turuti
Janganlah lebih berat ke urusan duniawi
Ingat, kita hidup untuk mengabdi pada Ilahi
Bukan kepada materi

Tuesday, October 7, 2008

ta'jil on the roadnya kok masih ada ya?

Pagi ini sebenarnya jalan TB Simatupang masih kategori lengang. Perempatan Cilandak jg gak macet2 amat. Yah, tapi masih kalah sepi sama hari Senin, hari "resmi" pertama masuk kerja setelah libur lebaran kemarin.

Em... karena aku dah beberapa kali "kesenggol" kendaraan di jalan raya, makanya sekarang2 ini makin hati2. Jalannya jg pelan2, gak kayak dulu lagi. Taat peraturan seperti berhenti sebelum garis putih, taati rambu lalulintas, patuhi aturan aman berkendaraan, bahkan menggunakan lajur kiri meski setengah mati nahan esmosi sama sopir2 angkot yg suka mangkal seenak hati. Yah, pokoknya aku makin "kalem" deh di jalan sekarang.

Tapi yang namanya jalanan bukan milik kita pribadi. Sudahlah kita berhati-hati, tapi belum tentu pemakai jalan lainnya mau peduli. Yah, memang risiko sih. Taqdir pula yang membuat aku pagi ini "tersentuh" motor.

Jalur jalanku menuju Ciganjur memang tidak begitu lebar. Volume kendaraan yg ke arah Ciganjur pun tergolong lengang, bahkan di hari2 biasa (bukan setelah Hari Raya). Sebaliknya, volume kendaraan dari arah Ciganjur menuju Cilandak itu lumayan banyak, tetapi rata2 adalah kendaraan roda dua. Tau kan kebiasaan roda dua? Yup, salip-menyalip yg itu berarti mereka bakal pake jalur arah yg berlawanan (nyalipnya rata2 ke kanan, lajur yg ke arah Ciganjur, yaitu lajurku).

Sebenarnya kebiasaan itu dah aku tau dari pertama kali lewat sini, makanya selalu hati-hati banget kalo pas lewat sini. Tapi namanya dah taqdir, tadi pagi ada motor "nyenggol" tanganku. Motor itu mau ke arah Cilandak, tp gak sabar karena di depannya agak padat. Si motor itu dengan cepatnya ambil lajur kanan dan.... "zzzrrrrrrrrrrrrrrttttttttttttt" tanganku kena stang kanannya.

"Astaghfirullah," segera aku menepi ke kiri. Alhamdulillah, cuma tiga jari yang luka. kelingkingku yg paling parah, dia langsung mengucurkan darah. si motor tadi? yah, sudahlah. dia sudah pergi entah ke mana. Semua ini jadi pembelajaran buatku, semoga Allah senantiasa melindungiku, menaungiku dengan segala rahmat, berkah, dan ampunan-Nya. Amin

Monday, September 15, 2008

Jelang Lima Hari

ingin segera bertemu
tapi enggan
karena berarti
ia akan segera berlalu

Friday, September 12, 2008

Ada Tiada

ada tiada rasa dalam jiwa
ada tiada luka dalam dada
satu yang ingin kubuka
kita tetap bersaudara

Friday, September 5, 2008

Maafkan

Maafkan Ian ya, Pak
Ian sayang banget kok sama Bapak
Ian enggak mau Bapak terluka lagi
Semoga Bapak tidak sakit lagi

Wednesday, September 3, 2008

Ramadhan Kali Ini

Bulan yang amat dinanti tiba kembali. Alhamdulillah diri ini masih diperkenan-Nya menemui bulan ini lagi.

Kukuhkan niat. Semangat memenuhi target yang dibuat. Menata hati untuk lebih kuat. Menjaga diri dari segala maksiat.

Bismillah, untuk sebuah ikhtiar, aku memulai.

Semangat and don't be sad

Saturday, August 30, 2008

Bulan Ini

Bulan ini adalah Agustus. Kenapa dengan bulan ini?

Sepertinya di bulan ini, aku merasa mendapat banyak kejutan. Enggak bermaksud hiperbolis, tapi banyak kejadian dalam perjalanan hidupku yang bikin terkaget2 sendiri. Dari awal bulan sampai akhir bulan.

Dimulai dari mengambil keputusan resign. ya, akhirnya aku berani mengambil keputusan itu. setelah menunggu waktu yang tepat untuk keluar, kupilih awal bulan ini sebagai saatnya aku pergi.

sempat mengalami masa transisi. biasanya aku menjalani rutinitas pagi, hacticnya Monday, macetnya jalanan, seharian di ruang kerjaan, ketemu banyak orang, dll, di masa pengangguran gak aku alami lagi. aku tetap happy, kok. tetap keluar ke sana kemari. jalan-jalan sendiri. nraktir diri dgn kepinginan yg dulu gak bisa dipenuhi. yah, kayak ngalamin liburan panjang sekolah, deh.

tapi dasarnya aku orangnya gak bisa nganggur, aku tetap "berkegiatan". aku pulang ke kampung almarhum mbah. naik bukit Sendang Duwur, menyusuri Tanjung Kodok, melipir ke Desa Siman, mengunjungi Tuban, melewati Gresik dan akhirnya bertemu Genduk di Pasar Turi. Gak boleh lama-lama di kampung memang. persediaan kantong tidak memungkinkan untuk berpetualang lebih lama.

kembali ke jakarta dengan membawa amanah mengantar Genduk sayang ke medan juangnya. Bogor. yah, akhirnya aku tahu di mana letak kampus IPB itu :D

Masih di bulan Agustus, aku menerima banyak kabar gembira. ada saudara yang menikah, ada yang sudah menjadi seorang bunda, ada yang baru saja dikhitbah, ada beberapa panggilan kerja, dan jumlah rekeningku bertambah. alhamdulillah.... rezeki gak ke mana :D

kembali kualami sebuah perjalanan pencari kerja. masuk dari tes ke tes, dari wawancara ke wawancara. ya, mulai dari awal lagi. semua kunikmati. ternyata karena terlalu lama berada di zona nyaman, agak grogi juga menjalani proses seperti ini lagi. tapi tetap santai saja, jika Allah meridhai, maka tak ada yang tak mudah.

memulai rutinitas kerja yang agak beda. kenapa beda? karena banyak yang tidak sama. ini kok ngomongnya jadi mbulet. intinya ada banyak pengalaman baru yang seru. dulu tinggal nerima tugas utk dikerjakan, sekarang harus hunting ke lapangan, mencari sendiri tugas yang bisa dikerjakan. harus rela bergadang semalaman, dan rela (banget) kerja siang2an :p

akhirnya, akhir bulan datang. biasanya ada kiriman amplop tanda pembayaran kerja, biasanya jadi tanggal yg dinanti, tapi sekarang enggak lagi. tapi yg bikin senang hati, aku dapat laptop akhir bulan ini. hehehehehe... norak lagi :D

ternyata, akhir bulan ini adalah penghujung Sya'ban, berarti bulan kemudian adalah Ramadhan. semoga kita semua diperkenankan untuk memasukinya dan mengisinya dengan penuh kesungguhan. Ramadhan Karim, mohon maaf lahir dan batin ^_^

Wednesday, August 20, 2008

Prinsip Baru


Teman-teman yang dah kenal ian (banget-nget yah) pastinya tau 3 "prinsip gila" yang ian pegang teguh. Dan itu gak akan ian tulis di sini. Karena udah ian bilang gila, makanya bikin geleng-geleng kepala dah pokoknya.


Ian tuh prinsipil banget. Maksudnya memegang dengan teguh 3 prinsip tadi. Halagh, kok yg gak bener malah dipegang teguh. Pokoknya keukeuh meureukeuh dah.

Nah, sekarang ian punya prinsip baru, nih.

"main job ian adalah jalan-jalan. pekerja buku adalah kerja sampingan"


keren, kan?

Wednesday, July 23, 2008

Ketika Mas Supra Pergi

Jadi ingat novelnya bunda Helvy tahun 90-an akhir, yang judulnya “Ketika Mas Gagah Pergi.”

Alkisah, di suatu hari, Ummu Sulaim menyambut suaminya, Abu Thalhah, dengan senyum terindah. Membuat suaminya merasa nyaman setelah melakukan perjalanan panjang demi menjalankan perintah Rasulnya.

Sang suami yang meski merasa lelah adalah seorang ayah yang perhatian. Dalam keadaan seperti itu, yang pertama kali ia tanyakan adalah, “Wahai istriku, bagaimanakah keadaan putra kita?” Memang ketika ia pergi, putra semata wayangnya itu dalam keadaan kurang sehat. Namun kecintaannya kepada Rasulnya lebih besar, sehingga ia ikhlas meninggalkan sang buah hati demi memenuhi panggilan Rasul.

“Alhamdulillah, dia sudah lebih tenang sekarang, wahai suamiku,” begitulah jawab sang istri shalihah. Kemudian, ia melanjutkan, “Suamiku, apakah pendapatmu jika ada seseorang yang dititipkan sesuatu, kemudian sesuatu tersebut diminta kembali oleh sang penitip?”

“Demi Allah, hendaknya ia mengembalikan titipan tersebut kepada penitipnya,” jawab Abu Thalhah.

“Adakah ia mesti kecewa, merasa tidak rela akan hal itu?” tanya Ummu Sulaim kembali.

“Sungguh, seharusnya ia mengembalikannya dengan ikhlas,” jawab Abu Thalhah.

Begitulah yang dilakukan seorang istri shalihah terhadap suaminya. Tidak hanya itu, bahkan ia pun menjalani kewajibannya sebagai seoarang istri sebagaimana biasanya. Padahal di balik itu semua, ia menyembunyikan rasa sedih di dalam hatinya. Ternyata yang dimaksud dengan “tenang”-nya putra mereka adalah ia telah diminta kembali oleh Sang Pemilik. Ia telah kembali kepada-Nya. Namun berita duka itu tidak serta-merta disampaikannya kepada sang suami. Demi menjaga kondisinya yang pastinya saat itu sedang kelelahan, dan berita itu bisa menjadi suatu berita yang menambah kepedihannya.

Awalnya, Abu Thalhah pun geram ketika mengetahui berita yang sebenarnya. Namun, Rasulullah mengingatkannya dan menyatakan bahwa demikianlah yang seharusnya dilakukan seorang istri pada kondisi seperti itu. Lantas, mereka pun mengikhlaskan amanah itu diminta kembali oleh Sang Penitip.

Demikianlah seharusnya. Pagi ini, Mas Supra telah diminta kembali kepada Sang Pemilik Semesta. Kami pun harus merelakannya. Kami ikhlaskan ia pergi. Ini pelajaran bagi kami dari-Nya. Mungkin kami tidak bisa menjaga amanah-Nya, kami jarang bersedekah, kami tidak mensyukuri segala nikmat-Nya. Maka kami pun diingatkan kembali. Dan pagi ini, kami masih bisa menghirup udara pagi dengan senyuman.

Kami sedang belajar menjadi tukang parkir. Mereka menjaga sebaik-baiknya semua kendaraan yang dititipkan para penitip. Tetapi mereka ikhlas ketika titipan itu mesti dikembalikan. Subhanallah, indahnya J

Monday, July 21, 2008

Saat Komitmenku Dipertanyakan Kembali

Ahad adalah satu hari yang senantiasa kurindu. Bukan, bukan karena aku bisa libur hari itu. Bukan, bukan karena aku tidak disibukkan oleh rutinitas harianku. Tapi lebih dari itu, aku rindu hari itu karena itulah waktuku mengisi ulang semangatku. Recharge hatiku yang terkadang mengalami kemerosotan. Menata kembali prioritas yang kadang terlupakan.

Ahad kemarin, tidak seperti biasanya. Agenda pekanan itu diselenggarakan di sebuah taman bunga di ujung Cibubur. Susana asri, sejuk, dan hijau menyambut. Ketemui wajah-wajah yang amat kurindu di setiap minggu, terlebih semua bisa hadir hari itu. Ah…, ingin rasanya memeluk mereka erat seraya mengucapkan, “Tahukah kamu, aku merindumu? Sungguh, kamu selalu kuhadirkan di tiap-tiap doa awamku.” Tapi lidahku kelu. Rasa malu lebih menguasaiku daripada kecintaanku kepada mereka. Hatiku terlampau keras dan angkuh, sehingga tak mampu ucapkan rasa itu.

Kemudian satu per satu dari kami pun mengungkapkan segala rasa kami. Tetap, aku yang dengan gaya ‘selengekan’, menyembunyikan rasa itu. Mungkinkah karena rasa itu terlampau dangkal? Atau aku memang sebenarnya tidak tulus menyayangi mereka? Sementara itu, satu per satu dari mereka menumpahkan segala rasa mereka. Segala rasa sayang dan syukur mereka. Namun, ada kekecewaan terdalam ternyata. Sampai-sampai membuat mereka menangis, dan aku pun terdiam. Itu salahku.

Aku tidak mampu mengulang waktu untuk membenahi kesalahanku yang lalu. Aku tak mampu menambahkan waktu yang ada 24 jam menjadi 60. Aku hanya membutuhkan manajemen yang benar. Mengukuhkan prioritas. Mencairkan hati yang beku dan tak peka ini. Hingga semua mau mereka dapat aku penuhi. Sehingga tak ada lagi sakit hati.
Sungguh, tertampar hati ini saat komitmenku dipertanyakan kembali. Benarkah aku sudah memberikan diri ini setulus hati untuk bersama berjuang, meniti jalan dakwah ini?

Wednesday, July 16, 2008

Coba Sebutkan

Coba sebutkan satu saja alasan mengapa mesti mengeluh. Begitu banyak nikmat yang tak tersentuh penglihatan, tapi merasa terus kesusahan. Ini kali ya pertanda diri jauh dari Sang Khaliq.

Em, aku tahu ini tak mudah, tapi janganlah berhenti untuk berusaha. Ujian menjadikanku sosok yang berbeda. Mulai berpikir tidak dengan emosi semata. Melapangkan dada yang mungkin sebelumnya terlampau sesak karena tak ada keikhlasan di sana.

Untuk sebuah ikhtiar, aku akan terus mencoba, berjuang, dan berusaha.

Monday, June 16, 2008

Genk

Pagi tadi liat berita di sebuah stasiun televisi ttg genk anak muda. Bukan berita baru, tp agak menarik perhatian krn yg ditayangin gank cewek yg lg "melonco" anggota baru. Gak tau apa tuh maksudnya pake mukul2 si anggota baru & nyuruh dia pake berdiri tegak sambil ngasih hormat bak peserta upacara lagi hormat ke bendera merah putih.

Miris, terang aja. Aku bukannya gak pernah tau fenomena kayak gini. Dari zaman masih SMP dulu udah tau istilah dan praktik per-genk-an. (hihihi bahasanya agak ngaco deh) Di antara genk-genk yg pernah ada di lingkunganku, ada dua genk cewek yg tenar bgt di sekolahku dulu.

Kalo aku bilang, dua genk ini amat bertolak belakang. Satu genk emang gaul abis, dikenal dgn "kebadungan"-nya sedang yg satu lg genk manis, anak2 guru yg cerdas & kritis. Tapi ada satu kesamaan, mereka tak tersentuh siswa2 rakyat biasa kayak aku. Masuk genk gaul, aku gak gaul. Masuk genk pinter, aku gak pinter.

Banyak yg berlomba bisa masuk ke salah satu genk ini. Selain utk prestise, kayaknya faktor bisa punya temenan bareng, saling ngerti, kompak, dll jg jadi harapan tmn2ku wkt itu. tapi aku kok gak ada minat2nya acan ya. bukan krn aku gak bakal diterima ama kedua genk itu, bukan krn aku pernah bikin kecele genk pinter yg salah satu anggotanya aku salip masalah peringkat, tp lebih krn aku gak kepingin bergantung, terikat, gak bisa main sama yg lain.

Diakui atau tidak, kalo udah genk2an gitu, biasanya jadi pada mendeskriditkan yg lain, membatasi pergaulan, gak mau kenal org lain. haaah... capey dey. untung aku cuma orang biasa2 aja :D

Thursday, June 12, 2008

Merindukan Liburan

ngelirik2 kalender di meja, kali2 aja bisa liburan di bulan ini. tapi sayang disayang, gak ada tanggal merah kecuali hari ahad. dan tanggal merah di hari ahad itu gak begitu berarti buatku. soale pasti ngider seharian di luar rumah, bahkan pulangnya bisa lebih malam daripada hari kerja.

mana bulan ini gak ada libur sabtu sama sekali. huaaaaaaaaaaaaaaa..... emang gak ada yg lebih arif dan bijak daripada tanggal merah di bulan juni.

Friday, June 6, 2008

Next

Jualan soto
Jadi shalihah
Masuk Surga
Amin
.....

Wednesday, June 4, 2008

Aku Menangis Lagi Hari Ini

Sungguh, aku akan tetap menganggapmu sahabat. Banyak sekali manfaat berteman denganmu. Namun sungguh, aku tidak berniat memanfaatkanmu.

Monday, June 2, 2008

Begini Rasanya "Di Vietnam"

Kalau kebaikan membawamu kepada keburukan bagimu, apakah kamu akan menghentikan kebaikan?
Kalau ternyata pertemanan membuatmu jadi segan, lebih baik dihentikan?
Kalau niat berteman ternyata bikin kamu di vietnam?
Jalan-jalan aja kali ya...

Nikmati saja suasana "Vietnam"
Biar waktu yang akan membuatnya tentram...

Thursday, May 22, 2008

Dilema Tukang Ojek

Tukang ojek lagi bingung. BBM naik, susah mo narik. Kalo enggak narik, banyak penumpang kecewa. Haduh, dilema.

Kalo enggak narik bisa menghemat biaya, tp gak ada teman jadinya. Ada tatapan aneh, ada ruang sepi yang hampa. Begini kali ya rasanya ada tumpangan, tukang ojek disayang. Enggak ada tumpangan tukang ojek di empang :D

Monday, May 19, 2008

While You Were Sleeping




Once upon a rainy day, my darling
There you were beside me and laying
I told you while you were sleeping
I do love you in a special kind of feeling


Friday, May 2, 2008

Hari Pertama, Nikmati Saja

Mundur terus kayak undur-undur.
Sekalinya datang, bikin kepala kendur
Perut melilit
Badan sakit-sakit


Yah... nikmati sajalah!

Wednesday, April 23, 2008

Profesional dan Personal


Bekerja dalam sebuah instansi, industri (rumahan, menengah, sederhana, atau mewah), atau perusahaan, pastilah dituntut untuk profesional. Ini adalah konsekuensi dan tanggung jawab kita atas amanah perusahaan kepada kita. Di sisi lain, kita juga memiliki hak-hak atas kerja kita itu.

Profesionalitas itu kalau diyakini sebagai tanggung jawab dan disadari secara sepenuh hati, insya Allah meringankan segala tugas dan kewajiban kita. Tapi, ada satu hal yang perlu diingat. Kita harus membedakan hal-hal yang bersifat profesional dan personal. Kita harus ikhlas tidak dibayar atas pekerjaan kita dengan dalih bahwa Allah pasti akan membayar yang lebih di Hari Perhitungan nanti; memberikan pekerjaan kepada orang yang tidak memiliki kualifikasi--atas nama membantu sesama--padahal pekerjaan yang diberikan malah tidak efektif, alias berantakan; dsb, inilah yang aku anggap tidak profesional.

Setiap kita tentunya paham bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini tentunya ingin bermuara pada ridha Allah. Insya Allah orang-orang yang beriman memahami itu. Tetapi masalah profesionalitas dunia kerja bukan hanya hablum minallaah, ia juga berkenaan dengan hablum minan naas. Siapa yang berbuat zhalim terhadap saudaranya (sesamanya) apakah mendapat ridha-Nya?

Kalau semua dalih itu yang dijadikan tameng membekukan dengungan para pekerja, ya sudah. Buat saja perusahaan yang benar-benar diabdikan untuk umat demi mendapat ridha Allah. Tidak perlu meminta bayaran, tidak perlu menjual, tidak perlu menarik keuntungan, tidak perlu mempermasalahkan kerugian. Toh, Allah akan memberikan ganjaran yang lebih nanti di akhirat.

Apakah ini sesuai?

"Bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari, dan bekerjalah kamu untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya." (HR Bukhari)


Kita diperintahkan untuk menyesuaikan diri, berlaku adil di dunia demi mendapat akhirat yang baik.

*setelah melakukan protes yg enggak didengar*

Monday, April 21, 2008

Aku Tak Bisa Baik

Lagi ada yang mengganjal hati, nih. Udah berusaha untuk membicarakan langsung kepada yang bersangkutan. Semoga apa yang aku sampaikan bisa mendapat penjelasan.

Sebenarnya, bukan diharap untuk didengar dan dituruti sebab aku menyampaikan keganjalan di hatiku ini. Aku melakukannya agar tak ada prasangka, agar semua yang aku anggap "enggak beres" mendapat penjelasan mengapa jadi seperti itu. Pokoknya, tidak ada yg mengganjal hati.

Ngomong apaan, sih? Tau, ah!

Friday, April 18, 2008

Dirundung Sendu


seperti ada yang menyekap hatiku
ah..., ada rasa yang tak bisa kugambarkan
ia ada namun tak tentu
apa ini? celoteh jemuku

tak ada jawaban
tapi rasanya menyesakkan
sendu nan syahdu
adakah ia mau berdamai dengan diriku?



*wakss... tiba2 bikin puisi???!!!*

Thursday, April 17, 2008

Runtuh Juga Pertahanan


Alhamdulillah, sekali lagi Allah mengingatkanku. Allah menegurku yang telah berbuat zhalim terhadap fisikku. Setelah beberapa minggu beredar tiada henti, sering kehujanan dan menantang angin malam tanpa memerhatikan pola makan, akhirnya benteng pertahanan tubuhku runtuh jua.

Syukurlah Allah tidak menegurku dengan memberikan penyakit yang parah. Hanya kurasa bahwa fisikku protes karena tidak ada jeda dia bekerja. Pagi siaga, malam tak henti juga bekerja. Mengejar setoran yang padahal aku bisa menolaknya. Tapi dasar manusia, rakus, ingin dikerjakan semua. Astaghfirullah... Ampuni hamba, ya Allah.

Segala nikmat-Nya aku abaikan demi mengejar dunia yang pasti fana. Jikalah aku terjaga di malam hari, kenapa pula bukan untuk mendekat kepada-Nya. Sungguh, apa sih yang aku cari?

Penciptaan manusia amatlah sempurna, tapi aku mengabaikan hak dan kewajibanku terhadap diriku. Harusnya aku menjaganya, harusnya aku memberikan haknya, harusnya aku menggunakannya sesuai kadarnya. Tapi apa yang aku lakukan? Dengan sombongnya dan merasa jagoan, aku menganggap semua bisa aku lakukan.
Tenang saja, aku bisa mengemban semua itu. Percayalah!
begitu aku menganggapnya.

Akhirnya, runtuh juga pertahanan itu. Allah menegurku begitu manisnya. Adakah aku harus bermuram durja? Tidak pantas! Sungguh, seharusnya aku mesti bersyukur karena tegurannya tidaklah begitu dahsyatnya. Meski begitu, benarlah bahwa sehat itu mahal harganya. Ia begitu berharga.

Allahumma 'aafinii bi badanii, Allahumma 'aafinii fi sam'ii, Allahumma 'aafini fi basharii.

Tuesday, April 15, 2008

Sepatu vs Sandal


Sejak zaman sekolah sampai gak sekolah dan pengen sekolah lagi ini, aku memang lebih suka memakai sepatu kasual yang jauh sekali dari model sepatu wanita. Faktor utamanya adalah karena ukuran kakiku yang di atas rata-rata wanita biasa, juga karena kebiasaan jalanku yang kayak kuda makanya sepatu wanita itu bakalan cepet rusak.

Demi efesiensi dana, maka aku pun lebih memilih untuk memakai sepatu olahraga. Praktis dan ekonomis :D

Ketika kuliah, aku tidak pernah merasa risih memakai sepatu yang agak beda dengan busana. Aku cuek aja meski memakai gamis dan jilbab, tetapi kakiku mengenakan sepatu kets. Bahkan santai saja sewaktu harus menghadiri rapat bareng dosen, dekan, dan guru besar. Yah, namanya juga mahasiswa, banyak kok yang seperti itu.

Sewaktu naik angkot pulang dari kampus, aku yang kebetulan duduk di samping pak sopir ditanya oleh dia, "Neng, sepatunya bagus." Em... waktu itu sih aku gak tau kalau itu maksudnya sindiran, maka aku jawab saja. "Alhamdulillah, Pak. Ini sepatu terawet yang saya punya. Sejak SMU sampai sekarang saya mau lulus kuliah, masih bagus."

"Bukan begitu, Neng. Maksud saya, sepatunya kok gak sesuai sama kostumnya." What!!! Saya jadi malu juga waktu itu. Hehehehe.... Saya bilang saja kalau sepatu saya ya cuma itu satu-satunya. Maklum, mahasiswa kan dananya terbatas :p

Kebiasaanku pun berlanjut sampai sekarang ketika aku memasuki dunia kerja. Dunia di mana formalitas amat dijaga. Aku menghargai peraturan untuk rapi dan menjaga penampilan saat bekerja, tapi...

Terus terang, aku ada sepatu wanita, tapi itu khusus operasional di dalam kantor. Aku pun sengaja meletakkannya di bawah meja kerja, tidak pernah aku bawa pulang ke rumah. Sedangkan untuk pulang pergi atau keluar kantor, aku menggunakan sepatu sandal. Lebih praktis dan awet pemakaiannya. Maklumlah, aku juga pengendara motor, jadi lebih ringkas kalau memakai sandal.

Pernah aku ditegur oleh GM sewaktu berpapasan pulang dari kantor. Kebetulan memang kami berpapasan masih di dalam kantor.

"Mbak, besok semua karyawan harus pakai sepatu, ya!" begitu perintahnya
"Saya ada kok Pak sepatu. Saya taruh di ruangan. Ini untuk 'dinas luar'," kelitku.

Anyway, apa pun yang kamu pakai, tidaklah masalah. Penilaian itu bukanlah dari yang kasat mata -------> pembenaran untuk diri pribadi :D

Monday, April 14, 2008

Jalani Saja

Satu minggu itu ada tujuh hari lho, Senin sampai Ahad. Tapi dari hari Senin sampai ketemu Senin, kok ya ndak ada free day, ya?

Begitulah kenyataan jadwalku. Maklumlah, penganut "Sabtu Kerja Itu Keren", so mesti mengais rezeki di hari itu. Ahad tentu saja liburlah, tanggal merah permanent. Tapi kegiatanku sampai 2 bulan ke depan mengharuskan aku untuk gerilya di tiap hari Ahad, dari pagi sampai malam. Pulangnya kadang ngalahin pulang hari kerja yang bisa sampai rumah sebelum Maghrib. Capek? Jelaslah....

Tapi semua itu aku syukuri, aku jalani dengan senang hati. Aku ingat perkataan seorang tokoh pergerakan yang menyebutkan bahwa
kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang kita miliki.
Aku menganggap semua yang aku jalani sebagai kompensasi dari posisiku sebagai umat, sebagai anggota masyarakat, sebagai anggota keluarga. Jika menjalankannya hanya sekadar untuk menggugurkan kewajiban, rasanya tidak berkesan. Oleh karena itu, aku berharap bisa konsisten menjalankannya dengan suka cita. Semoga fisikku pun mampu memahaminya, jadi aku enggak gampang sakit-sakitan. Amin....

Friday, April 11, 2008

Jangan Ada Prasangka, Dong...

Pengennya bisa menjalin pertemanan, bahkan persaudaraan sama orang-orang yang tidak terkait hubungan darah dengan baik. Bisa bercerita, berbagi, dan gembira bersama. Enggak ada prasangka, enggak ada perasaan enggak enakkan karena khawatir menyinggung, khawatir terlalu kelewatan, dll. pengennya santailah pokoknya.

Namanya juga namanya.... Kepribadian orang mah beda-beda. Ada yang egois, pemalu, cuek, sensitif, posesif, agresif, aktif, insentif, kolektif, ih... ngelantur :D

Tapi bener, deh. Pengen banget terus terang kalau misalnya ada yang gak disukai atau ada yang gak sreg, maunya aku bisa langsung ngomong terang-terangan. Awalnya aku sih asyik-asyik aja kayak gitu. Misalnya, pagi ini aku ngomong ama seseorang kalau aku gak setuju ama seseorang. Pagi sampai siang sih aman, damai, sentosa. Malamnya dapat sms panjaaaaaaaaaaaaaaaaang kali lebar yang bilang kalau dia merasa tersinggung. Duh, kenapa gak bilang langsung pas tadi ketemu. Kalau memang orang yang aku bilangin tuh gak ketemu atau berada di tempat yang jauh, aku akan maklum penyampaian ketidaksetujuannya via sms atau YM. Tapi kalau yang saban hari ketemu? Em... aku jadi merasa kalau diriku terlampau arogan, egois, keras kepala, yang enggak bisa diajak kompromi. Kesannya aku tuh bebal banget sampai gak bisa dibilangin secara langsung.

Karena aku penganut paham bicaralah secara langsung apa yang kamu suka atau enggak suka kepada orang lain, atau tanyalah langsung kepada narasumber kalau kamu merasa ada hal-hal yang besangkutan dengan orang tersebut dan kamu enggak sepaham, maka aku pun bersikap demikian untuk diriku. Aku amat menghargai sekali jika orang-orang bertanya langsung kepadaku tentang suatu hal yang berhubungan denganku yang didengar dari orang lain. Atau jika ada hal-hal dariku yang enggak menyenangkan, aku terima jika orang tersebut ngomong secara langsung ke aku. Sungguh, aku menerima itu, bahkan lebih menghargainya daripada menggunjingkannya di belakang atau tiba-tiba ada pesan-pesan sponsor yang kuterima dari orang lain.

Anyway, emang cara orang beda-beda. Semoga aku bisa lebih baik menyikapi itu semua.

Thursday, April 10, 2008

Doa untukmu Saudaraku


Allahumma Anta Asy-Syaafi Laa syifaa'an illa syifaa'uka Syifaa'an la yughaadiru saqama

Duhai saudaraku,
semalam itu kali pertama aku melihatmu
aku mungkin tak mampu membantumu
tak bisa meringankan beban sakitmu
menjaga semalaman sampai terjagamu

Namun,
aku merasakan betapa gigih perjuanganmu
begitu tegarnya dirimu
teduhnya raut wajahmu
meski sesak itu tetap membalutmu

Saudaraku,
tak ada kata dariku
lidahku kelu
larut dalam cerita sakitmu
kuharap kesembuhan bagimu

Syafakallah...

Wednesday, April 9, 2008

Bicara Tepat dengan Akhwat


Terbiasa dengan bicara blak-blakan dan terang-terangan selama di keluarga yang mayoritas bergender maskulin, bikin saya pusing bin bingung kalau berinteraksi dengan akhwat (baca: perempuan). Ketika berbicara atau bercanda, saya tidak merasa bahwa candaan saya itu berlebihan atau menyakiti. Yah... namanya juga bercanda, masak iya serius, sih. Begitu pikir saya. Tapi memang kenyataannya begitu.

Mungkin memang seharusnya bisa berbicara secara proporsional. Tau cara bicara apa dengan siapa, tau bagaimana bicara dan seperti apa. Mungkin tidak cuma ketika berbicara dengan akhwat, dengan laki-laki, anak-anak, orang tua, dsb. harusnya juga memiliki cara tertentu. Duh... perasaan saya lulusan bahasa, deh. Tapi kok ya gak pernah bisa bicara dengan baik dan benar.

Ada yang tau cara bicara tepat dengan para akhwat???

Tuesday, April 8, 2008

STT (Selingkuh Terang-Terangan)

Assalamu’alaikum

Eits... saya bukan memberi provokasi apalagi alibi untuk melakukan perselingkuhan. Saya tetap menjunjung tinggi kesetiaan, apalagi pada Tuhan dan pasangan hidup (ini khusus bagi yang sudah menikah). Whaaaat??? Saya meracau tentang apaan, sih?

Padahal saya cuma mau bilang, carilah blog lain jika blog yang selama ini Anda tempati ternyata terkena imbas blokir. Masih baaaaaaaaaaaaaanyak blog-blog gratisan lainnya. Ini saya rasakan sekali ketika blog Multiply saya diblokir. Maka saya anjurkan kepada para blogger untuk "selingkuh" saja. Dunia blog bukan hanya multiply meski mungkin sudah banyak kenangan terukir di sana. Beuuuuuuuuuuh... bahasanya.

OK! Met berselingkuh ria! Oh iya, kalau mau selingkuh, Selingkuhlah Terang-Terangan! Maksudnya, kabar-kabari kawan-kawan, kerabat, tetangga, dll yang termasuk kontak di blog sebelumnya. Biar bisa tetep silaturrahim gitu....

Wassalamu’alaikum