Wednesday, December 16, 2009

Begini Rasanya Jadi Ibu


Tanggal 28 Agustus 2009 lalu adalah hari bersejarah bagiku. Itulah hari pertama aku merasakan bagaimana perjuangan seorang ibu dalam rangka mengantarkan buah hati ke dunia baru. Waktu itu bertepatan dengan hari ketujuh Ramadhan. Aku masih ikut sahur dan siap shaum pagi harinya. Namun, rasa mulas yang rutin per 5 menit sekali sudah kurasakan dari pukul 6. Aku dan ibu berangkat ke klinik bidan yang letaknya hanya membutuhkan 2 menit berjalan santai ala bumil yang sedang kontraksi. Sementara itu, suami masih masuk kerja karena aku pikir mungkin belum waktunya lahiran.

Setelah sampai di bidan, periksa dalam, dan bidan bilang, “Bu, sudah pembukaan dua. Langsung pesan kamar, ya?” Dalam hati aku berpikir, kayaknya kalau bukaan dua sampai bukaan sempurna masih lama, deh. Tapi aku nurut aja. Selanjutnya, aku balik ke rumah karena aku belum bawa apa2 ke bidan. Semua keperluan persalinan memang sudah disiapkan dalam ransel, jadi tinggal aku bawa. Aku pun balik lagi ke bidan sendiri karena ibu harus dagang di warung.

Jam 9 suami telepon, padahal aku sedang mulas2nya, tapi tetep sok kuat dan cuma bilang, “Udah, nanti aja pulang kantor baru ke sini.” Tapi suami tetep mau pulang, katanya suaraku udah gak karuan kedengarannya. Hehehe… namanya juga lagi kontraksi. Akhirnya sampailah ia di klinik pukul 11-an dan bukaanku sudah hampir sempurna.

Pukul 12-an bukaan sudah sempurna, aku masuk ruang bersalin. Kontraksi makin aduhai, sementara bu bidan belum sampai. Bu bidanku masih dinas di puskesmas kecamatan, lalu ditelepon asistennya, lantas segera meluncur ke klinik untuk membantuku melahirkan. Alhamdulillah, pukul 14.15, bayiku lahir melalui proses normal, padahal bertanya 3.9 kg dan panjang 49.

Karena dari awal konsultasi aku bilang ke bidan mau ASIX untuk bayiku, aku pun menjalani IMD (Inisiasi Menyusui Dini), tapi hanya berlangsung sekitar 5 menitan. Itu karena pendarahan akibat perlukaan yang aku alami cukup banyak, sedangkan aku difonis animea seminggu sebelum melahirkan. Akhirnya, bayiku dibersihkan, sementara itu aku menjalani proses “jahit-menjahit” (sorry, kalo agak2 ilfil ya). Nah, 2 jam setelah melahirkan, aku didekatkan lagi ke bayiku. Alhamdulillah, si bayiku sudah pandai nenen. Meskipun demikian, ternyata ASIku belum keluar. Berkat info dari bidan, browsing, dan pengalaman teman-teman yang sudah melahirkan, aku tetap tenang. Aku yakin ASIku pasti keluar. Alhamdulillah, hari ketiga ASIku mulai keluar dan bayiku mulai nenen dengan lahapnya.

Seminggu kemudian, kami mengadakan aqiqah untuk bayiku sekaligus memperkenalkan namanya. Sebenarnya namanya sudah kami persiapkan ketika kandunganku memasuki usia empat bulan. Inilah dia bayi kami, namanya Nadi Azzamil Iman. Artinya "awal tekat kuat keimanan". Kini, Azzam sudah berusia 3 bulanan. Alhamdulillah masih ASIX. Nah, beginilah rasanya jadi ibu.

Friday, August 7, 2009

Menghitung Hari


Judulnya kayak lagunya KD, tapi ini gak pake dinyanyiin kayak dia ya. Maklum, suara saya bukan kelas penyanyi, paling2 sekelas tukang sayur yg teriak pagi2. hehehe.

Menghitung hari ini benar-benar sedang saya lakukan, maksudnya saya sedang menghitung hari jelang kelahiran. Yup, usia kandungan sudah masuk minggu 38. Semakin dag-dig-dug, semakin gendut, semakin berat, semakin susah tidur, semakin sering pegal-pegal.

Sejak 2 minggu akhir bulan lalu saya mengejar setoran kerjaan (membabat 4 naskah dalam 2 minggu itu berat, jendral!), dilanjutkan 2 minggu awal bulan ini memantau kerjaan setter, akhirnya sekarang agak sedikit bernapas lega. Kok, sedikit? Karena masih ada printilan kerjaan lain yg harus saya selesaikan segera. Memandatkan kerjaan sementara ditinggal cuti 3 bln ke calon pengganti, membuat laporan mid year, membuat program DKM kantor, dan yg paling penting... mengisi form cutiiiiiiii....

Semua orang kantor sudah banyak komentar. Mungkin karena melihat perkembangan perut saya yang makin membesar. Tapi saya kok ya belum bisa memutuskan tgl berapa tepatnya saya harus memulai cuti melahirkan. Saya merasa tanggung jawab saya belum terselesaikan, duedate saya juga masih tgl 26-an, dan saya pengennya ambil cuti dekat duedate biar bisa mengasuh baby 3 bln penuh. Bisa ngasih ASIX langsung dari pabriknya, bisa mengurusnya sendiri (biar dia merasakan bahwa bundanya tetap madrasah pertama baginya), dan masih banyak lagi keinginan saya dalam rangka cutinya saya dan become a new mother time itu.

Awalnya, saya baru akan mengambil cuti tgl 24, itu berarti 2 hari sebelum duedate. Tapi orang-orang kantor, terutama teman-teman yg sudah pernah melahirkan menganjurkan saya untuk mengambil seminggu lebih awal. Berdasarkan pengalaman mereka, ada saja hal2 yg mempercepat kelahiran mereka daripada prediksi HPL. Ada yang maju sepulang dari kantor langsung terjadi pembukaan, ada yg pernah pecah ketuban di hari terakhir ngantor, ada yg kelelahan ngantor akhirnya SC. Duuuuh, jadi serem jg.

Memang jam kantor kerja saya agak ajaib, dari jam 8.00-18.00. Itu belum ditambah jam berangkat kerja, shalat maghrib, dan lamanya perjalanan pulang kerja. Sepanjang hari kerja, biasanya saya menghabiskan waktu sekitar 13 jam di luar rumah. Berangkat jam 6 pagi dan sampai rumah jam 7-an malam. See? Betapa ajaibnya jam kerja saya. Maka wajarlah teman-teman kantor agak2 "keras" mengingatkan saya untuk segera ambil cuti.

Tapi, saya enggak enak hati. Ada beberapa tanggung jawab yg harus saya tunaikan dulu. Sambil terus berdoa semoga kehamilan saya tidak bermasalah, baik2 saja sampai tiba saatnya, sesuai yg diprediksikan, saya tetap berusaha menuntaskan tanggung jawab2 itu. Bukan berarti saya tidak sayang bayi yang ada dalam kandungan. Mengabaikan yg terbaik untuknya. Tapi sungguh saya juga ingin mendidiknya utk kelak menjadi orang yang bertanggung jawab atas amanah yg diberikan. Saya tdk mau membebani orang2 kelak dgn segala pekerjaan yg seharusnya saya tuntaskan.

Anakku sayang, bunda sayang kamu. Bunda mau waktu cuti 3 bulan itu nanti sungguh benar2 untukmu. Bunda juga ingin punya waktu untuk relaks, Nak. Tapi, selama kita di kantor, kita masih bisa santai, kan? Bunda tidak akan membuatmu tidak nyaman selama di dalam perut bunda, sayang. Semoga Allah memberikan kemudahan untuk bunda dalam membantumu melihat dunia kelak ya, sayang. I love you, dear....

Tuesday, June 30, 2009

Pindahan, Lahiran, Belanjaan, Sekolahan


Bulan ini bener2 bulannya membobol tabungan :D

Rencana pindahan yg awalnya bakal keundur 3 bln lagi ternyata dimajukan. Jadilah bayar kontrakan tempat pindahan itu harus dilunaskan untuk satu tahun kedepan. Ehm... lumayan. Alhamdulillah bisa patungan dan ada simpanan.

Bulan ini juga bulan pengumuman lulusnya adikku dari bangku SLTP. Alhamdulillah, lulus dgn nilai yang lumayan. Tapi terus ortu kebingungan tentang dana masuk ke sekolah lanjutan yg nominalnya kok makin gak masuk akal. Untungnya aku memang sudah niatkan bantu pembiayaan pendidikan adikku semata wayang itu. Alhamdulillah, si Husni bisa lanjut sekolah. Belajar yg benar ya, Dek. Cari ridha-Nya agar rahman dan rahim-Nya menyertai kehidupanmu selalu.

Lagi-lagi, bulan ini harus ada pengeluaran. Ini sudah dianggarkan, karena sudah pasti rutinan. Kontrol ke dokter utk melihat kondisi perkembangan jundi. Alhamdulillah, lagi-lagi masih diberi rezeki. Bu dokter juga menyarankan ikut senam kehamilan. Aku memang blm ikutan, habisnya gak ketemu jadwal yg sesuai. Duh, alasan. Sebenarnya sih krn kepikiran utk bayar-bayar yg utama dulu. Hehehehe... Tapi insya Allah mulai bulan ke-8 ini ikutan senam. Demi jundi, kuberikan yg terbaik, deh.

Nah, namanya udah masuk bulan ke-8, otomatis mulai belanja kebutuhan newborn dong. Untungnya, udah pernah nyicil belanja dan ada peninggalan dari adik ipar yg baru lahiran lebaran kemarin. Nah, terkait masalah belanja, aku jadi pecicilan jg mau belanja perangkat ASIP nanti. Kalo botol2, insya Allah sih udah jauh hari mulungin bekas botol UC 1000 para karyawan kantor. Nah, yg belum kebeli tuh cooler bag, blue ice, botol2 susu, dsb. Blm kebeli krn harganya bikin mikir2 dulu. Nunggu THR aja kali yeee... :D

Tapi, yg paling urgent adalah nyiapin utk kelahiran jundi. Ya Allah, semoga Engkau meridhaiku utk berjuang melahirkan jundi dgn proses normal dan lancar. Kemarin sempat dengar tetangga yg jg temanku. Dia baru lahiran 2 minggu lalu, dan itu melalui proses operasi sesar. Jadi gimana gitu. Duh, optimis dong Ian. Be positive ya! Selain permasalahan itu, sbg calon ortu, tentunya aku dan org itu harus memenuhi hak anakku kelak, salah satunya menebusnya dgn aqiqah. Sejauh ini, memang sudah dianggarkan khusus utk itu. Jenis kelamin sudah dikasih tau dokter, tp memang kita sudah menyiapkan yg lebih utk itu. Nak, kami ingin memberikan yg terbaik untukmu.

Sungguh bulan ini bulan manis yg penuh ujian dan berita. Semoga aku bisa melaluinya dgn semangat, dgn jalan yg maslahat. Sabar dan syukur deh intinya, krn bersama kesulitan selalu ada kemudahan :)

Tuesday, June 16, 2009

Engkau Ajari Aku Mengeja Cinta

Hatiku sedang kebat-kebit belakangan ini. Entahlah, seperti ada rasa yang sulit aku gambarkan dalam kata-kata. Lembut menyapa, malu-malu munculnya, dan jika dilukiskan, bagai paduan warna ceria yang membentuk suatu harmoni nan indah. Duhai, apakah ini cinta?

Setiap hari selalu merindunya. Selang beberapa waktu saja tak bertemu rasanya menyiksa. Bersamanya rasanya semua susah hilang sudah. Ya Tuhan, hatiku sudah dibuat merona olehnya!

Dia, yang telah membuat waliku memberikan perwaliannya, akhirnya membuktikan janjinya. Dia yang bertekad membuatku jatuh cinta akhirnya menaklukkanku sudah. Aku pun mulai mengeja cinta, menelusuri tiap hurufnya, merangkai jadi sebuah kata, yang kini terpatri di dalam jiwa.

Terima kasih telah mengajariku cinta...

Wednesday, June 3, 2009

Tujuh Bulan Sudah




BB: 58 kg (dah naik 8 kg dari sebelum hamil :D)
TD: 120/80 (alhamdulillah, dah naik jg)


Sejauh ini, kehamilanku gak ada masalah. Mual-mual sudah menghilang ketika masuk usia kehamilan 4 bulan. Berat badan mulai naik sejak itu. Tapi kemarin pas usia kandungan 6 bln, hasil USG menyatakan adanya plasenta marginalis. Duh, apa itu?
(penampakanku di usia kehamilan 7 bln. Ndut yaaa?)Maklum, karena kehamilan pertama, aku gak paham sama sekali tentang ini. Kalau kata dokter tempat aku kontrol, plasentaku letaknya agak di bawah, tapi tidak menutup jalan rahim. Selain itu, aku juga gak mengalami pendarahan yang katanya biasa mengiringi kasus plasenta previa ini.
Kata beliau nanti dilihat lagi ketika usia kandungan 8 bln, apakah letaknya masih tetap atau sudah mulai naik. Dianjurkan untuk banyak-banyak sujud, atau mengepel dengan cara melantai. Ada kekhawatiran pastinya, tapi sejauh ini aku berpikir positif terus insyaAllah janinku gak apa-apa. Amin....


(foto diambil waktu jadi panitia walimah teman, Sabtu, 31 Mei 2009)

Waktu pun terus bergulir, dan tanpa terasa sekarang usia kandungan sudah 7 bulan. Subhanallah. Pekan ini mau kontrol lagi, tapi ke bidan yang biasa aku datangi. Kalau waktu minggu ke 23-an sempat ngalami hampir mau pingsan waktu berdiri dan jalan terlampau lama pas belanja, alhamdulillah kemarin pas belanja kebutuhan baby aku seger2 aja. Padahal sebelumnya aku jadi panitia pernikahan temenku dulu lho. Mungkin karena semangat saking senengnya lihat baju dan perlengkapan bayi yang lucu-lucu, jadi hilang deh capeknya. Bener juga kata Ndahe, jangan sampe kalap belanjanya. Pas aku dikasih bon sama si teteh pelayan toko, agak kaget juga. Trus nyodorin ke buya yang tampangnya gak sekaget aku. hehehe... aku dah berusaha menawar sebisaku lho, buya....

Begitulah kabar bumil yang satu ini. Tujuh bulan, sudah....

Wednesday, May 20, 2009

dari infobunda.com

Hai retno wulan,

Seiring dengan semakin membesarnya perut bunda mungkin bunda mulai merasakan sakit pada bagian punggung. Sakit ini bisa berupa pegal-pegal. Hal ini dikarenakan dengan membesarnya perut bunda maka secara refleksi menyebabkan pundak bunda tertarik kearah belakang untuk menahan beban depan tubuh bunda dan bertumpu pada bagian belakang tubuh bunda.

Untuk mengurangi keluhan sakit pada bagian punggung maka disarankan untuk mengurangi penggunaan sepatu dengan hak tinggi, tetap memperhatikan peningkatan berat badan sesuai standar, karena kalau berat badan bertambah secara berlebihan maka akan menyebabkan semakin berat beban punggung bunda, memperhatikan posisi tubuh yang baik dengan menegakkan tubuh bunda selain itu bunda juga harus memperhatikan sikap apabila bunda akan mengambil barang hindari membungkuk. Hindari berdiri, duduk dan berjalan dengan waktu yang lama

Bayi bunda sudah bisa mengedipkan matanya di minggu ke 26 ini selain itu retina matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi, mungkin bunda dapat memulai memperdengarkan lagu yang ringan dan mencoba untuk memberi cahaya lebih disekitar perut, mungkin bunda akan merasakan anggukan kepala si kecil.

Minggu ke 26 kehamilan berat badan bayi bunda sudah mencapai 750-780 gram, sedangkan tingginya 35-38 cm.

Semoga anda memdapatkan pelayanan yang bermanfaat dan akan merekomendasikan website ini ke teman-teman anda!

Salam,

infobunda

ternyata, bukan hanya karena tensiku yang rendah, tp kehamilan makin meningkat menyebabkan tekanan darah juga ikutan merosot. pantas saja belakangan makin sering pening2. semoga setelah vitamin dari dokter habis, tensiku normal, trus gak perlu cek HB. Amin....

Wednesday, May 13, 2009

Cuma Sekadar Kuli Kata

Ya, ya, ya... enggak pernah ada tuh idiom "kuli kata". Kalo kuli tinta banyak yang tahulah. Istilah kuli kata cuma bikinanku sendiri yang mengasosiasikan profesiku dengan kata yang berbeda. Kuli kata dipadankan dengan editor yang kerjaannya angkut-angkut kata dari naskah, baik mengeluarkan kata atau memasukkannya ke dalam kata. Pekerjaan yang tidak berat bukan? Yah, dibanding kuli pasar yang mengangkut barang dagangan yang berkarung-karung dan pasti berat, atau kuli bangunan yang mengangkut bahan bangunan dan membangun rumah, tentu enteng sekali mengangkut kata atau membuat sebuah naskah.

Mungkin secara fisik, tidak dibutuhkan seorang yang bertubuh kekar dengan otot kawat tulang besi untuk menjadi seorang kuli kata. Namun, menurut saya, pekerjaan ini sungguh menguras energi, terutama otak. Yah... itu mah semua pekerjaan juga, kan?

Mestinya semuanya mudah kalau dilakukan dengan hati, maksudnya senang hati. Tapi, si kuli kata yang satu ini lagi "riweh". Bulan ini mesti ngerjain 8 buku cetak ulang, 2 buku cetak baru, sama 1 naskah tulis baru. Mumet bin pusing. Jadi pengen ketemu liburan.

Ini kan mudah, cuma sekadar kuli kata, kok.

Monday, April 27, 2009

Teruntuk Dirimu yang Selalu Mendampingiku

Aku sadar bahwa cintaku mungkin tak sebanding dengan cintamu padaku. Bahkan aku masih sempat merasa asing, terkaget juga karena sudah harus merajut kasih, bukan hanya padamu, keluargamu, tetapi bahkan terhadap jundimu. Sempat sedih dan tak percaya, tapi harus kuterima sebagai anugerah terindah dari-Nya.

Aku sadar betul menerimamu sebagai pendamping hidup bukanlah keputusan biasa. Harus siap menerima apa pun yang ada pada dirimu, baik-burukmu, lebih dan kurangmu, dan semua tentangmu. Dan aku tak mau menyesali itu di kemudian hari.

Sungguh perjalanan kita tak mudah, tapi aku merasa Allah menumpahkan berkah kepada kita. Kita diuji lagi, lagi, dan lagi. Namun, rasanya jalan-Nya selalu menuntun kita kepada yang mudah. Tidak sekali kita diuji, bahkan kemarin engkau sempat sendu. Engkau sosok yang tak pernah terlihat galau tiba-tiba membisu. Seperti kehilangan bara semangat yang tak pernah kulihat redup selama ini.

Khawatir? Tentu, apa lagi setelah kauceritakan kisahmu. Rabbanaa..., hanya kepada-Mu aku mengadu. Aku berpasrah kepada-Mu. Lagi-lagi, rasioku mengatakan ini pasti akan sulit. Aku mungkin masih bisa menanggung ini, tapi sungguh banyak hal yang akan aku korbankan. Rabbanaa..., tolonglah hamba-Mu. Malu aku meminta, tapi aku hanya bisa memohon pada-Nya.

Di mana optimisku yang dulu? Di mana keyakinanku yang keras bagai batu? Aku meraung, meluapkan amarahku pada diriku, menginginkan kembalinya semangatku yang tiba-tiba menguap seiring waktu. Aku yakin aku bisa!!! Kupompa lagi ruhku, agar terpacu dan tak turut dalam sedih dan pilu.

Akhirnya, semua terasa indah. Ujian itu hal biasa. Mungkin aku tak akan temui indahnya sabar, mungkin aku tak akan rasakan nikmatnya ujian, mungkin aku tak akan pernah belajar kekurangan, dan mungkin aku akan terus kehilangan semangat dan optimis yang semakin meregang.

Rabbanaa, aku tahu semua ini dari-Mu. Kutitipkan apa yang Engkau amanahkan kepadaku kepada-Mu. Bimbinglah kami untuk selalu berada di jalan-Mu.

Teruntuk dirimu yang selalu mendampingiku, aku mendukungmu selalu. Engkau nahkodaku, aku kan di sini menyertaimu. Kita arungi biduk ini, meski badai dan ombak menerjang tanpa henti.

Wednesday, April 22, 2009

Jangan Kejadian Lagi, Deh!

Selama enam bulanan menjadi seorang istri, aku kayaknya jarang banget deh masak khusus untuk suami. Masih bisa diitung pake jari-jariku dan jari-jari suami. Gimana, ya? Bukan enggak mau, tapi karena aku tinggal sama mertua yang jago banget masak, jadilah aku cuma bantu Mamah (mertuaku) masak di dapur. Itu artinya semua menu, ingredient, dan cara masaknya menurut instruksi Mamah, bukan kreasi aku. Masak sendiri yang bener-bener gak dikomando ya pas Mamah lagi ke rumah cucunya di Bogor sana atau pas aku pulang kampung, alias rumah ortuku.

Aslinya, aku emang gak jago2 amat dalam hal masak-memasak, tapi dibilang alergi juga enggak. Aku paling suka bikin kue, karena di rumah ortu dulu biasanya ya diamanatin bikin kue-kue aja. Nah, karena Mamah juga pinter banget bikin kue, diturunkanlah ilmu-ilmunya (baru beberapa resep aja, sih) kepadaku. Seneng bangetlah pastinya.

Nah, Jumat malam, sepulang dari kantor, suami ngajakin pulang ke kampung. Aiiih..., senengnya! Tau aja aku lagi kangen ortu and Kamil, keponakanku. Meluncurlah malam itu kita ke Kampung Rambutan. Aku minta dia untuk nemenin belanja di Superindo. Pengennya sih ke Pasar Rebo (pasar tradisional), tapi dah malam gitu ya udah pada tutup deh warung2nya.

Aku belanja bulanan and beli beberapa bahan yang aku siapin sengaja untuk masak spesial for my hubby. Eh, untuk ortu sama penghuni rumah ortu juga sih. ^_^ Kepikiran mau bikin soto lamongan, tumis wortel-buncis-soun, perkedel, tempe goreng (yg satu ini mesti gak boleh absen sekarang2 ini), trus kue muffin sama martabak tahu. Bahan-bahan yang sekiranya masih bisa dibeli di tukang sayur dan yang pasti harganya jauh lebih murah daripada di swalayan itu, jelas gak aku beli. Sejak berumah tangga, "naluri keuangan emak-emak" makin tajam :D

Dalam waktu kurang dari 15 menit, acara belanja selesai. Teledornya aku, aku kelupaan ambil hadiah piring sama mangkok dari deterjen sama pengharum pakaian yg aku beli. Haduh..., kan lumayan yah buat nyicil perabotan ntar kalo tinggal mandiri (gak numpang lagi). Suami cuma senyum-senyum aja, udah biasa kali sama istrinya yg pelupa.

Pas lewatin jalan baru, kita mampir lagi ke tempat cetak foto. Mau cetak foto pernikahan. What??? Hamil udah lima bulanan tapi foto pernikahan belum juga dicetak? Sungguh terlaluh! Yah, berhubung gak pake kamera profesional, makanya di-retouch dulu deh tuh foto2. Karena editing sendiri, trus ngerjainnya di waktu luang, baru kelar belakangan ini. Ampuun. Biarin, deh. Lebih baik telat.

Esok paginya, pas ponakanku belum bangun, aku bikin muffin. Dengan harapan pas dia bangun, tuh kue dah jadi. Alhamdulillah..., sukses euy. Syenengnyah!!! Si Kamil suka, abis 2 cup pas nyicipin pertama. Yang bikin tambah seneng, suami jg suka. Uhuy..., makin pede deh untuk masak2 lagi. Setelah beberes perabotan bikin muffin selesai, aku lanjut masak yang lain. Pertama ngulek-ngulek bumbu2. Bumbu soto duluan, trus bumbu tumisan. Abis itu ngerebus ayam biar keluar kaldunya. Sambil nunggu rebusan ayam, mulai ngolah martabak tahu. Pokoknya ngerjainnya pake sistem "tangan gurita". Ngerjain ini sambil ngerjain itu.

Masak pagi itu dah hampir kelar, tinggal ronde terakhir goreng tempe. Tiba-tiba, suami muncul di dapur.
"Nda, ini fotonya dah Buya ambil," gitu katanya.
Aku penasaranlah pengen liat, tapi nanggung banget nih. Tempe gorengnya belum garing. Aku sempet ngebalik gorengannya. Nah, pas waktu itu, ibu ke dapur.
"Bu, fotonya dah jadi," aku ngasih kabar itu ke ibu. Karena kupikir ibu masih mau di dapur, aku tinggalah tuh tempe goreng dengan asumsi paling ntar ibu yang mengangkat gorengan tempe itu.

Di ruang tengah, aku asyik melihat-lihat dan merapikan foto2 ke album. Lagi khusyuk masukin foto-foto ke album, adikku komentar, "Mbak, kayaknya ada bau-bau gak enak deh."
"Bau apaan, sih? Aku gak nyium, tuh," baru aja aku jawab gitu, "Ian..., tempemu gosong, tuh...!" suara ibuku berseru. Aku langsung ngibrit ke dapur. Astaghfirullah, tuh tempe ampe item kayak areng.

"Lho, kirain masaknya dah selesai," suami ikutan komentar.
"Aku lupa kalo masih ninggalin tempe goreng," jawabku dengan tampang nelongso.
"Bunda, bunda..., masak tempe aja kok gosong."
Argh... !@#$%^&*

Duh, jangan sampe kejadian lagi, deh. Padahal masakan lainnya sukses, tuh. cuma sayang aja tuh 5 potong tempe goreng jadi hitam legam. :(

Monday, April 13, 2009

Allah Yang Mahatahu


Ada tiga hal yang sangat misterius di mata manusia, yaitu nasib, jodoh dan maut. Karena kemisteriusannya, terkadang manusia ”terburu-buru” ingin tahu. Ketika ada satu tahapan yang ia lalu yang berhubungan dengan tiga hal itu, ia pun terkadang tak sabar untuk segera memberitahu khalayak ramai. Padahal, tak seorang pun mengetahui tentang ketiganya selain Allah SWT.

Manusia memang diciptakan dengan karakter ”terburu-buru”, sebagaimana secara tegas dinyatakan oleh Allah SWT sendiri dalam Al-Qur`an, "Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa." (QS Al-Anbiya’ [21]: 37). Dampaknya, mayoritas manusia senantiasa ingin cepat selesai, maunya instan dan segera tuntas.

Salahkah? Ketergesaan itu membuat manusia lalai, tidak tuntas dalam berpikir, sehingga tindakan yang diambil pun tidak memuaskan. Yah, kita tahu bahwa toh tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi berusaha sebaik mungkin dengan tidak terburu-buru memutuskan atau melakukan sesuatu adalah bentuk ikhtiar untuk menjadi hamba yang itqan, profesional, tidak hanya dalam bekerja, namun juga dalam beribadah maupun berhubungan dengan sesama.

Saat masih sekolah, pada tingkat sekolah dasar dan menengah, manusia sering kali ingin cepat selesai, supaya bisa segera kuliah, dan kalau sudah kuliah, ia juga ingin cepat selesai agar segera kerja atau segera menikah, dan begitu seterusnya.

Di lain daerah, sebagian yang lain terburu-buru ingin kaya dengan cepat, akibatnya ia mencuri, meminta-minta, merampok, menjual diri atau menjarah harta atau lembaga lain yang bukan menjadi haknya. Na’udzubillaahi min dzaalik.

Demikian juga dengan dunia percintaan atau perjodohan. Tak jarang bahwa takdir perjodohan tersebut adanya di angka 7 (misalnya), tapi sudah dikejar semenjak angka 2, akibatnya proses yang berjalan dari angka 5 menuju angka 7 akan terasa lama sekali, inilah yang terkadang dianggap tak kunjung datang. Atau ternyata proses itu baru di angka 3, tapi diperlakukan seperti sudah di angka 1, serasa pasti benar dan tentu tak ada halangan lagi untuk mencapai angka itu, sehingga semua orang pun tahu bahwa mereka sudah pasti dan tentu bersatu, tapi lupa Allah-lah Sang Penentu. Allah Yang Mahatahu takdirmu.

Oleh karena itu, biarkanlah ia indah pada saatnya, duhai saudaraku. Simpanlah ia dalam hatimu jika proses itu belumlah tentu. Karena tidak ada yang lebih tahu siapa jodohmu selain Allah SWT, Yang Mahatahu.

*teruntuk saudara-saudariku yang menanti sebuah episode baru*

Monday, March 2, 2009

.... sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan....
(QS Al-Hajj [22]:5)
subhanallah.... tak terasa usia kandunganku minggu ini insyaAllah masuk minggu ke-16. kalau merujuk dalil-dalil yg ada, usia kandungan 4 bulan adalah usia si janin ditiupkan ruh oleh-Nya. sungguh, tak pernah saya membayangkan akhirnya saya mengandung, merasakan haru birunya jelang jadi seorang ibu, wanita yang paling bahagia.

setelah mengalami payahnya trimester awal mengandung, yg kadang2 masih timbul jg di jelang trimester dua ini, saya makin mengetahui begitu beratnya perjuangan ibu. duh, ibu. saya jadi malu dan marah pada diri saya sendiri karena begitu sering mengecewakan ibu dan begitu sering membuatmu sedih. ini baru awal, lho. bagaimana perjuangan nantinya, Allahu a'lam, hanya Allah Yang Mahatahu.

jelang minggu ke-16, saya makin berdebar2, banyak doa saya rapalkan untukmu jundiku sayang. nak, jadi jundi yg shalih/shalihah, ya. sehat selalu ya, nak. kelak jadilah hamba Allah yang taat, cinta dan sayang kedua orang tua, dan jadi pemuda dambaan umat. maafkan jika kelak buya dan bunda tak mampu menjadi orang tua yang layak engkau banggakan, yg tidak mampu memberikan yg terbaik utkmu, yg sering lupa menjadi teladan yg baik. nak, buya bunda sayang padamu.

Tuesday, January 13, 2009

ketika emesis melanda

dulu, zaman masih jomblo, aku gak pernah membayangkan bagaimana kelak kehidupan setelah berumah tangga. pokoknya jalani saja. ikuti rule-nya. manut aja gitu sama imamnya. mudah, kan? tapi nyatanya..., tak semudah yang pernah kuduga.

seminggu lalu aku lemes banget. tepatnya hari senin 5 Januari, aku ngerasa badanku gak enak banget. Ehm... kecapean plus masuk angin neh kayaknya. di kantor bener2 gak konsentrasi kerja. bolak-balik kamar mandi, muntah2 and BAB terus. karena saking lemesnya, ngacir ke mushalla utk tidur. ternyata tak senyaman mushalla kantor lama yg khusus utk cewek, daku tak bisa istirahat sama sekali. masih banyak orang yg lalu lalang utk shalat ashar, padahal waktu sudah menunjukkan hampir setengah enam.

badan mulai meriang. kularikan diri ke kamar mandi. BAK trus langsung wudhu. ketika adzan maghrib bergema, segera ke mushalla. aku gak shalat jamaah krn belum ada yg ke mushalla. selesai shalat, langsung keluar kantor. nyusul suami di mushalla depan. suddenly, I miss my pillow.

"Yuk, cepet pulang!" ajakku sambil berjongkok karena gak kuat lagi berdiri.

sampai di rumah, benar2 gak bisa menahan diri utk langsung rebahan di kasur. setelah mengganti pakaian seadanya, aku ngelimpruk, menggigil, tapi badan demam. suami langsung nyelimutin berlapis2 pas nyadar kalo istrinya meriang. huhuhu... jadi terharu.

tengah malam bangun karena ingat belum shalat isya. suami nyuruh makan. huaah.... mana kepikiran utk makan. gak mauuu.... aku mau tidur. begitulah malam itu kulalui dengan menggigil, meriang, demam, pening, dan bolak-balik bangun.

esok paginya ternyata gak lebih baik. badan sakit semua. ternyata keluarlah bintik2 merah di sekujur badan. ternyata oh ternyata.... daku kena campak. malamnya masih emoh ke dokter. paling besok sembuh, tp iseng jg pengen ke dokter, cuma ke dokter kandungan. what??? kok, dokter kandungan? aku coba testpeck, ternyata hasilnya 2 strip. makanya, kalopun ke dokter, aku mau mastiin ini hamil beneran atau bukan.

pas keesokan malam, tepatnya rabu malam, aku diantar suami ke klinik nf setelah sebelumnya mastiin kalo DSOG-nya perempuan. alhamdulillah, ternyata benar. waktu registrasi dapat nomor 7. nyampe sana jam 8 malam, padahal bukanya dari jam 7, tapi baru nomor 1 yg dipanggil. huaah.... masih lama dong ya.

nunggu 1 jam itu lama bgt kayaknya. kepala udah kayak melayang2, badan mulai meriang lagi, and suami gak di sisi, soale gak kebagian tempat duduk. kasiannya....

setelah jam 9 lewat, namaku baru dipanggil. akhirnya.... jelasin panjang lebar, kulitku dilihat dokter. perutku di-USG. Subhanallah! ternyata bener ada jundi di sana. pengen nangis jadinya. kok bundanya teledor gini. gak jaga diri sampe kena virus campak. maafkan bunda ya, nak....

diskusi sama dokternya. gimana dgn kondisiku yg kena virus. berbahayakah bagi jundi? alhamdulillah, antibodiku bisa menaggulangi katanya. aku dikasih obat antivirus yg-meski-segede-gaban-dan-pahit-tentunya harus aku minum dan habiskan. demi jundi yg Allah titipkan.

entahlah ini faktor obat or memang begitulah emesis (ngidam) hamil trimester pertama, aku kok ya muntah mulu bawaannya. tiap masuk makanan, huekss... makanan itu keluar. gak hanya itu, aku jadi kepikiran yg aneh2. aku emang paling sebel sama muntah. jangankan muntah org ngidam, muntah masuk angin aja aku sebel banget. bagiku, muntah itu membuat moodku jadi gak enak. males ngapa2in jadinya. aku jadi kangen masa2 jomblo. kalo aku masih single kan gak gini jadinya. astaghfirullah.... aneh bener ya aku.

fiyuh... beginilah ketika emesis melanda. aku yg udah sering aneh2 makin aneh. ya Allah, berilah aku ketegaran, ketabahan, dan keikhlasan menjalani ini semua. aku yakin, Engkau begitu sayang padaku.