Tuesday, October 28, 2008

aku pagi ini

pagi ini gak berangkat bareng blacknim. ehm... semalam pulangnya telat, tp bukan krn sebab. hujan deras yg mengguyur jakarta semakin menambah macet jalan raya. akhirnya sampai rumah lebih malam dari biasanya.

"lan, besok ndak usah bawa motor ya. hujan2 begini orang yg di rumah khawatir kalo lan bawa motor," ibu memberi pesan sponsor semalam.

yah, apa boleh buat. menurut saja deh.

ndak masalah sih pp kantor-rumah dgn angkutan umum. cuma dua kali. tapi berangkatnya bikin bete. 509 memang gak pernah mengubah tabiatnya. menanti penumpang dgn penuh kesabaran (baca: ngetemnya lama banget), trus kalo belum oleng tuh minibus, belum berhenti naikin penumpang. belum lagi aroma pagi di angkutan. ada wangi sekali, aroma becek jalanan, aroma badan, sampai asap2 yg mengepul dr lintingan rokok orang2 yg aku anggap gak tau diri. hiks...

sampai di kantor masih tergolong pagi, bisa menyapa sekuriti yg biasanya cuma dapat anggukan kepalaku plus helm2nya. bisa ketemu si muti yg manis si anak bukune, bisa tilawah di angkot lagi. ah, jadi ingat zaman ngantor awal2 di depok sana.

trus pas lg search ttg design grafis, eh nyasar di blog seseorang yg masang puisinya gie sbg backsound blognya. huhuy... yg baca nicholas saputra. selama ini gak gitu suka film atw hal2 yg berhubungan dgn gie. tapi pas dengar puisi ini, kok manis sekali. hayah... kok aku jadi suka puisi sih...?

Sebuah Tanya

“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”

(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”

(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)

“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”

2 comments:

semuacinta said...

bagus deh... ada kemajuan. lagi belajar romantis... tis... tiss...!

Ian Hamzah said...

hehehe... bukan gitu kali
ini krn yg baca puisi si nico
aih... aih... :D