Friday, November 14, 2008

Allah Itu Ar-Razzaaq


Bismillah, semoga pengalaman kecil ini bisa diambil hikmahnya.

Aku mungkin terlampau logis dan realistis. Segala hal diperhitungkan secara hitungan matematis sehingga yang namanya hal-hal berbau keajaiban jauh sekali dari pikiranku. Tapi kini aku benar-benar merasakan "keajaiban" itu. Aku lebih senang menyebutnya "keberkahan" dari-Nya. Segala puji bagi-Mu yang telah melimpahkan berbagai nikmat kepada kami, ya Allah....

Ketika memutuskan untuk mengambil keputusan untuk mengikuti sunnah hasanah itu, yang terpikir olehku tentu banyak sekali, salah satunya tentang materi include biaya walimah kami (aku dan orang itu tentu). Kondisi keuangan keluargaku sedang tidak memungkinkan untuk mensubsidi acaraku itu. Orang itu pun bukanlah orang berada yang mampu memikul semua biaya walimah. Sedangkan aku? Aku baru saja keluar dari pekerjaanku dan baru satu bulan menjadi karyawan baru. Nekat sekali mengambil keputusan menikah di saat itu. Status menikah itu "riskan" sekali di perusahaan baru. Tapi bismillah, aku tetap melangkah.

Akhirnya, hari itu pun tiba. Hari ketika perwalian telah berpindah dari bapak ke dia, orang yang kupercaya bisa menjadi imam bagiku. Sungguh, aku merasa tak percaya. Dengan dana yang sekadarnya, konsep acara yang sederhana, dan perencanaan yang serba singkat, aku merasakan banyak sekali keberkahan. Mulai dari bala bantuan saudara-saudara sedarah, seukhuwah, sampai "bantuan-bantuan dari tangan-tangan yang tak kami duga". Subhanallah walhamdulillah. Kami bergidik takjub akan segala nikmat-Mu, ya Allah.

Sore hari jelang hari H, kami mengadakan pengajian dengan anak yatim. Tak disangka, jumlah yang kami undang sebanyak 30 orang bertambah menjadi 33 orang. Subhanallah, yang kami siapkan bisa memenuhi jumlah yang datang, belum lagi beberapa jumlah yg kami titipkan utk yg tidak datang. Padahal jelas-jelas aku menghitung jumlah itu cuma 33. Subhanallah...

Malamnya, pengajian utk bapak-bapak pun digelar. Usai acara itu, ada seorang nenek datang ke depan rumah. Kebetulan aku ada di sana. Ia meminta makanan, segera kuambil besekan. Belakangan, aku baru sadar kalau nenek itu bukan warga setempat padahal dia bilang kalau dia lihat tetangganya dapat makanan dari kami. Allah..., aku bergidik mengenang itu.

Malam setelah hari H, aku dikejutkan dengan sebuah amplop yg bapak terima. Beliau lupa siapa orang yg memberinya karena ada beberapa org (kerabat dekat saja) yg menyerahkan amplop ke beliau. Di antara amplop yg beliau terima, hanya ada 2 amplop tak bernama, tp yg ini membuat kami hanya mampu bersyukur pada-Nya. Satu amplop tak bernama itu, apakah Malaikat yg mengirimnya? Ya Allah, kami hanya mampu bersyukur pada-Mu dan hanya mampu membalas kebaikan (siapa pun dia) dengan doa agar Engkau membalas kebaikannya dengan yang lebih baik lagi, baik di dunia maupun di akhirat sana.

Aku masih penasaran dan terus melacak selama hampir 2 minggu ini siapakah gerangan si malaikat tak bernama itu, namun tak jua kutemu jawabannya. Dan lagi, sepanjang pencarian itu, Allah masih memberi rezeki dari arah yang tak pernah kuduga. Maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan. Aku jadi teringat kutipan ayat yang orang itu lampirkan dalam biodatanya ketika aku terima,

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS An-Nur [24]:32)

Rabbana, semoga kami senantiasa istiqamah dalam taat kepada-Mu, dalam mensykuri segala nikmat-mu, dan dalam menjaga diri kami agar tidak durhaka kepada-Mu. Amin.

No comments: