Friday, December 3, 2010

Pudding Sutra

Awalnya, saya agak maju-mundur nih bikin pudding ini. Lha wong bahannya pakai satu kaleng Susu Kental Manis. Saya pikir pasti manis banget, deh kayak saya. Terus, kira-kira si Azzam bisa ikut makan gak, ya? Soale meski sudah 15 bulan, Azzam kan masih ASI. Iya, sih udah pernah dikasih UHT, tapi itu juga enggak begitu doyan. Cuma ya, saya kok penasaran sama resep yang lagi rame diposting di milist NCC dan di MP. Okelah, saya uji coba. Kalau nanti Azzam enggak suka, saya mau bawa ke pengajian aja.

Ternyata, Azzam suka, Buya apa lagi. Untung hasilnya lumayan banyak. Jadi, bisa bawa ke pengajian, juga bisa dinikmati sekeluarga. Happy ^_^

Bahan-bahan:
  • 2 bks agar-agar yang bening
  • 1 kaleng susu kental manis putih
  • 5 kaleng air
  • buah kalengan secukupnya (ada yang pake sirop orange, sih. terserah aja bahannya yang ada apa)

Cara Membuat:
  • Dalam panci, campur susu, 5 kaleng (kaleng SKM) air, dan agar-agar. Jerang dengan api sedang.
  • Aduk-aduk sebentar, kemudian jika sudah terlihat matang, matikan api.
  • Tuang agar-agar ke dalam cetakan, biarkan uap panasnya hilang.
  • Ketika bagian atasnya agak mengeras, tuang sedikit-sedikit sirop (sirop buah kalengan/orange) dan susun buah kalengan di atas permukaannya.
  • Masukkan ke dalam kulkas.

Em... enak deh. Enggak terlalu manis, soale enggak ditambah gula lagi. Paling enak disantap waktu siang-siang hari pas panas terik.


Juragan Azzam nyicipin pudding

Thursday, December 2, 2010

Skotel Bihun

Em..., ponstingan resep pertama nih. Ini sebenarnya resep modifikasi dari resepnya Pak Wied Harry. Saya coba-coba buat dengan menyesuaikan isi kulkas. Oya, sebenarnya ini menu balita. Awalnya bikin ini sih untuk si buah hati, tapi ternyata saya dan suami sukaaaa. hehehe.... ini mah emang ortunya aja kemaruk ya? :D

Okelah, kita mulai saja memasaknya. Menu ini bisa dibilang one dish meal, satu menu yang udah lengkap. Ada karbohidrat kompleks, lauk protein, dan sayuran.


Bahan- bahannya:
  • 250 gr bihun jagung, seduh dengan air panas dan tiriskan
  • 100 gr ikan tuna (bisa diganti dengan jenis ikan lain, ayam, atau daging), cincang halus
  • 100 gr kacang polong
  • 2 buah wortel ukuran sedang, cincang halus
  • 3 butir telur, kocok lepas
  • 1 siung bawang bombay
  • 2 siung bawang putih
  • 1 batang daun seledri
  • lada bubuk, pala bubuk, gula, dan garam secukupnya.

Cara Membuat:
  1. Tumis bawang putih sampai harum, kemudian masukkan bawang bombay
  2. Masukkan ikan tuna, tumis sampai berubah warna
  3. Tambahkan kacang polong dan wortel
  4. Masukkan bihun, tambahkan gula, garam, lada dan pala bubuk. kemudian matikan kompor.
  5. Tuang bihun tumis ke dalam loyang atau pinggan tahan panas
  6. Tuang telur kocok, taburi seledri, lalu kukus sampai telur matang.

Voila... jadi deh skotel bihun. Enggak pake ribet kan ya bikinnya? Enak dihidangkan hangat-hangat, ditambah saos sambal. Em... selamat menikmati! ^_^

Monday, November 22, 2010

Buku Masa Kecilku

Assalamu'alaikum,

Kalau dibilang saya ini kutu buku, ehm... kayaknya enggak, deh. Saya enggak terlalu maniak membaca buku, yang harus membaca buku sekian judul dalam sebulan, atau bahkan seminggu. Jauuuh... banget. Tapi, saya suka buku. Saya suka membaca buku. Oleh sebab itu, saya mengambil perbukuan sebagai cita-cita saya. Dari berbagai cita-cita masa kecil saya (yang sering gonta-ganti), profesi di bidang buku inilah yang akhirnya bisa kesampaian.

Kedekatan saya dengan buku tidaklah seperti anak-anak zaman sekarang, yang sejak dini sudah dikenalkan dengan aneka bacaan anak. Orangtua saya yang hanya seorang pedagang soto grobakan tidaklah mudah untuk memberikan bacaan bergizi untuk anak-anaknya. Jangankan untuk membeli buku, untuk makan hari ini saja rasanya sulit sekali.

Setelah usia masuk SD, orangtua menyekolahkan saya. Mereka tetap berpikir bahwa pendidikan itu penting. Nah, sejak itulah saya mengenal buku. Saya benar-benar belajar membaca dan menulis ya di SD. Saya tidak masuk TK. Tak heran jika di kelas itu saya termasuk anak yang belum bisa baca-tulis-gambar-menyanyi sewaktu awal masuk kelas satu. Malu? Waktu itu masih kecil, kayaknya cuek aja. Alhamdulillah, ketika tes CAWU I saya sudah bisa membaca soal ujian saya sendiri, tanpa dibantu guru.

Saya mulai mengenal buku selain buku pelajaran adalah dari teman sekelas saya. Rumahnya di belakang SD, jadi sering kali ketika waktu istirahat atau sepulang sekolah, saya main di rumahnya. Menyenangkan sekali, karena banyak buku anak dan majalah Bobo di lemari-lemari buku.

Ibu dari teman saya itu bekerja di Majalah Bobo, majalah anak yang sampai sekarang masih eksis. Entahlah sebagai apa, saya tidak pernah bertanya-tanya. Yang saya tahu, beliau bekerja di sana dan itulah yang menyebabkan banyak sekali majalah Bobo di rumahnya. Saya sering meminjam beberapa majalah untuk saya baca di rumahnya, atau saya bawa pulang untuk dibaca di rumah. Namun, ketika kita kelas 3 SD, teman saya itu pindah rumah. Saya sedih bukan main. Tidak hanya kehilangan teman, tp juga bacaan. Nah, sejak saat itulah saya bercita-cita menjadi penggiat buku, biar punya bacaan yang banyak.


penampakan majalah Bobo tahun lawas. mungut dari sini

Oya, ternyata bukan buku-buku pelajaran atau majalah2 teman saya itu perkenalan pertama saya dengan buku. Ada buku sakti yang merupakan buku pertama saya, buku masa kecil saya. Buku itu adalah sebuah buku agenda bersampul hitam dengan kancing (penutup) di bagian kupingnya. Buku ini adalah buku yang biasa dipakai Bapak untuk mencatat keuangan keluarga, baik itu pendapatan dagang maupun pengeluaran sehari-hari. Ah... jauuuh sekali dengan kriteria buku bacaan anak yang warna-warni, lucu dengan gambar-gambar yang mengembangkan imajinasi.

Sewaktu belum bisa menulis, buku itu jadi pelampiasan saya untuk belajar menulis dan membaca. Tulisan bapak yang panjang-meliuk-miring ke kanan (tulisan khas orang-orang zaman dulu), saya tiru sedemikian rupa. Dulu, rasanya tulisan saya itu sudah miriiiiip sekali, tetapi kenapa sekarang kalau saya lihat jadi jauh berbeda, ya?


Ini penampakan "buku sakti" itu
Alhamdulillah, buku itu masih ada sampai sekarang. Sampai ketika saya sudah punya bocah mungil yang mulai gemar "membaca" buku. Lantas, kalau bocah saya itu mencoret-coret, merobek, atau merusak bukunya, saya akan marah? Ah, malu. Berkaca pada riwayat masa kecil saya yang terabadikan di buku Bapak saya itu, tentu saya memaklumi imajinasinya. Bisa jadi bocah saya itu memang sedang belajar dan berinteraksi dengan buku itu. Jadi, biarkan saja si anak bereaksi sedemikian rupa kepada buku-bukunya itu. Tapi, tetap beri pengertian bahwa buku itu untuk dibaca. Kalau dirobek atau dicoret-coret, tentu susah membacanya.


Wassalam,

Monday, November 8, 2010

Anti Penerbit Lain = Rugi

Assalamu'alaikum,

Mungkin ada beberapa teman yang kenal saya sebagai pekerja di sebuah penerbitan. Ya, memang saya adalah pekerja buku, tapi jangan tanya berapa buku yang saya sudah tulis, ya? Karena belum ada satu pun buku yang saya lahirkan. Nah, meskipun saya terikat secara kekaryawanan di sebuah penerbitan, tetapi saya bukan orang yang anti pada penerbit lain. Baik itu anti untuk bekerja sama, mengonsumsi produknya, maupun membagi ide bersama mereka.

Oleh sebab itu, saya tidak pernah menolak orang mengiklankan, menawarkan, bahkan memberi gratis (hehehe... maunya) buku terbitan lain kepada saya. Mengapa? Karena setiap kepala tentu punya ide-ide yang berbeda, yang bisa jadi tidak muncul di kepala saya, atau di buku-buku yang mampir di penerbitan saya. Wah, alangkah ruginya kalau saya menyia-nyiakan ilmu-ilmu itu melintas begitu saja.

Sejak saya memiliki anak, saya pun mulai mengamati buku-buku anak. Awalnya, saya berkeinginan untuk menuliskan buku untuk anak saya sendiri. Saya pikir, bacaan yang kelak dibaca anak saya itu setidaknya aman. Maksudnya, tidak menyimpang dari pengetahuan dasar yang telah saya yakini, terutama dalam hal keagamaan. Mulailah saya menulis sendiri, menggambar sendiri, mengemas dengan kertas-kertas ala kadarnya--yang saya "pulungi" dari rekan-rekan percetakan--, dan saya jilid sendiri. Hasilnya? Mungkin buku gambar anak TK zaman sekarang akan lebih bagus daripada "hasil karya" saya itu.

Seiring berjalannya waktu, dengan mengambing hitamkan pekerjaan yang menumpuk dan menguapnya hobi menggambar saya, saya pun lupa dengan cita-cita saya untuk membuat buku-buku untuk putra saya itu. Ah, lagi pula umur buku-buku asalan itu juga tidak pernah lama, sekarang sudah seperti apa itu bentuknya. Lagi pula, banyak hal yang belum saya kuasai. Masak saya mau anak saya seperti saya, yang gagap di sejarah, ilmu alam, dan masih banyak lagi? Alasan-alasan itu yang membuat pupus harapan saya untuk menulis buku untuk anak saya sendiri.

Oleh sebab itu, saya pun berburu buku. Buku-buku dari penerbit tempat sekarang saya bekerja maupun tempat kerja saya yang lama memang banyak. Tentunya saya punya jatah nomor lepas karena saya turut membantu di dapurnya. Tapi, saya masih lapar, saya masih suka ngelirik-lirik penerbit sebelah. Maunya sih dapat gratisan jg, tapi mana bolehlah? Ya sudah, akhirnya saya menabung demi memperoleh harta-harta tak ternilai itu.

Nah, itulah mengapa saya tidak pernah menolak jika ada tawaran-tawaran dari penerbit lain. Ada yang mau menawarkan saya buku? Saya terima dengan senang hati, apa lagi kalau cuma-cuma. Ada yang mau menawarkan untuk bekerja sama? Hayuk, ini kan dalam rangka memupuk amal jariah. Senangnya kalau bisa berbagi.

Wassalam.

Thursday, October 7, 2010

Menu Si Toddler dan Kreativitas Ibunya

Assalamu'alaikum,

Sejak Azzam berusia satu tahun, menu makan Azzam tdk seperti waktu MPASI dulu. Menunya lebih mirip table food, maksudnya sesuai dengan menu makanan orang-orang yang ada di rumah. Em... sebenarnya bisa jadi juga kalau justru menu kita (orang-orang yang di rumah) yang menyesuaikan menu Azzam. Coba saja simak nih menu kami sehari-hari.

Sarapan pagi kami cukup dengan buah, bisa melon (hijau atau oranye), semangka, jeruk, pepaya, pisang, atau sesuai stok buah yang ada di rumah. Enggak dibikin jus, dipotong-potong saja atau dimakan langsung. Praktis, gak perlu blender. Sekitar setengah jam kemudian, baru deh Azzam makan oatmeal, itu pun saya campur buah lagi atau diberi 1 sdt sari kurma.

Menu makan siang dan makan sore biasanya sama. Selama sepekan menunya gak jauh-jauh dari sayur bening dan sop. Jadi, sepekan itu menu sayuran kami ya bening bayam, bening kangkung, bening oyong, sop ayam, sop ikan, dan yang mewahan (dikit) soto ayam. Lauknya berkisar di tempe, tahu, telur, ikan, dan ayam. Jaraaaaaang banget makan daging (di tukang sayur lebih sering adanya tetelan euy).

Menunya simpel, praktis, dan ekonomis, deh. Belanja dapur kalau dihitung-hitung per harinya sekitar 10 ribu--15 ribu. Nah, yang menyenangkan lagi adalah karena Azzam lahap aja makannya. Alhamdulillah, sudah terbentuk seleranya. Ibu-ibu di dunia pastinya paling seneng deh kalau anaknya makan dengan lahap. Kalau masalah jajan, Azzam paling-paling jajan roti tawar (biasanya beli sari roti) dan buah. Donat, cake, kue-kue lebaran macam nastar, sagu keju atau yang manis-manis, sukses dilepeh. Gak doyan ternyata.

Tapi..., karena simpel dan mudahnya menu makan si toddler ini, emaknya jadi kurang kreatif. Apalagi didukung dengan suami yang juga enggak pemilih makanan, belum lagi saya juga orang yang pemalas . Resep mah hayuk dicatet, praktiknya mah nunggu saya disamber hidayah. Kalau lagi rajin bisa bikin menu-menu yang berbeda tiap sesi makan plus ada camilan buatan sendiri. Biasanya camilan Azzam gak jauh-jauh dari buah potong (lagi!) dan sayur kukus. Nah, kalau saya lagi rajin bisa jadi ada getuk, pudding, pancake, bolu kukus, dan kastangels. Tuh, kan... padahal tuh camilan gak pake ribet juga kan ya bikinnya.

Jadi, bukan karena selera si toddler yang bikin kreativitas ibunya mandek. Itu mah alasan aja. Sebenarnya mah lebih karena MALAS.

Wassalam,

*ditulis buat nyambit diri biar lebih rajin berkreasi di dapur*

Tuesday, September 21, 2010

[In Memoriam] Tetangga Kubikel Saya, Pak Mula Harahap

Kamis, 16 September 2010. Dunia perbukuan Indonesia kehilangan seorang penggiatnya yang amat semangat dan unik. Pak Mula Harahap. Dan, beruntungnya saya sempat belajar dengan beliau.

Setelah cuti melahirkan akhir tahun lalu, saya baru bertemu beliau. Kami satu ruangan. Ruangan yang ada di ujung lantai satu bangunan Montong 57 ini memang dihuni oleh dua redaksi, Tangga Pustaka dan Qultum Media. Jangan bayangkan isinya pasti hiruk-pikuk karena ada dua redaksi dengan jumlah lebih dari sepuluh orang di sana. Tidak, kami hanya berenam di ruangan ini. Tiga orang redaksi Tangga (satu editor, satu redpel, dan Pak Mula sebagai direktur) dan tiga orang redaksi Qultum (dua editor, satu pimred).

Kiprahnya di dunia perbukuan tidaklah kecil. Tapi, begitu banyaknya ilmu dan pengalamannya yang malang melintang itu, dia tidak pernah terkesan kaku atau sulit dijangkau kami, maksudnya saya yang masih amat "muda" dalam hal perbukuan ini, dan yang sering kikuk kalau berhadapan dengan orang-orang besar. Kesan itu tidak ada sama sekali. Beliau bisa membaur dengan kami-kami, yang amat jauh junior di bawahnya.

Celetukan-celetukan ringannya menyegarkan dan berisi. Lucu, tapi berbobot. Bukan seperti candaan yang kosong melompong tanpa hikmah. Selain itu, beliau tidak pernah segan atau malu bertanya kepada yang muda tentang hal-hal kecil sekalipun.

Masih segar di memori saya, H-1 kepulangannya, beliau sedang semangat menulis. Entah apa yang sedang beliau kerjakan. Saya pun saat itu sudah sibuk dengan deadline pekerjaan saya padahal kantor masih sepi karena belum banyak yang masuk setelah libur lebaran. Di ruangan  itu, hanya ada saya dan beliau. Pak Haji (pimred saya) sedang keluar ruangan dan Tina (editor Tangga) belum datang. Beliau bertanya, "Ian, kalau gelas yang ada pegangannya itu biasanya disebut apa, ya? Kalau saya sebut cangkir bisa tidak? Tapi ini lebih tinggi dari cangkir." Saya menjawab, "Yang biasa dipakai sih mug, Pak." "Oh, iya. Kalau bahasa Inggrisnya kan mug. Jadi, saya bisa pakai kata itu, ya?" "Iya, Pak. Itu sudah biasa dipakai, kok."

Saya tak menyangka, percakapan tentang mug itu adalah percakapan terakhir antara saya dan beliau. Percakapan itu terjadi sebelum zuhur. Ketika siang hari setelah shalat zuhur, saya sudah tidak melihat beliau di kubikelnya. Ternyata beliau sudah pulang duluan karena tidak enak badan kata Tina. Padahal, saat jam makan siang, hujan deras sekali. Kami, para karyawan yang sudah masuk sibuk memesan jasa pengiriman makanan siap saji lewat telepon. Sementara itu, Pak Mula meminta biskuit yang ada di meja Tina. Biskuit yang jadi jatah parcel Tina dari kantor.

"Tina, saya boleh minta biskuit itu? Besok saya ganti. Hujan lebat, saya jadi malas cari makan."

Oh ya, Pak Mula Harahap adalah seorang atasan yang sangat tidak ingin merepotkan orang lain, bahkan bawahan atau OB sekalipun. Pernah suatu hari, saya melihat beliau mencuci sendiri piring bekas makan siangnya, dan itu adalah piring kantin. Piring yang biasa kita tinggalkan di tempat cuci piring atau bahkan teronggok di meja kantin, yang kemudian ibu kantin ambil dan mencucinya.

Pak Mula, mungkin saya bukanlah orang yang sering duduk-duduk dan berlama-lama berbincang dengan Bapak. Terus terang, saya tidak kuat dengan asap rokok yang Bapak kebulkan. Tapi, saya sangat salut karena Bapak ringan hati untuk merokok di luar ruangan dan pernah beberapa waktu berusaha berhenti mengisap rokok. Saya juga termasuk orang yang tidak mengikuti update status facebook Bapak karena saya belum jadi kontak Bapak, tapi saya toh dengar langsung dari mulut Bapak di ujung kubikel sana apa yang ingin Bapak suarakan di facebook. Saya jadi belajar tentang santun bahasa, tentang editor yang sebenarnya, dan tentang dunia indah bernama perbukuan dari seorang Bapak bersahaja seperti Anda. Betapa bahasa tulis dan lisan Bapak amat sederhana, tidak bertele-tele, dan tidak ada yang berbeda. Ketika saya membaca tulisan Bapak, itulah bahasa yang Bapak pakai ketika bercakap-cakap langsung.

Selamat jalan, Pak Mula. Terima kasih atas segala ilmu yang sempat engkau bagikan kepada saya. Semoga engkau mendapat tempat terbaik di sana.


photo saya unduh dari album facebooknya.

Thursday, June 24, 2010

Assalamu'alaikum

Alhmadulillah, sudah setahun . Bukan usia Azzam, putra kami, yang mencapai setahun. Insya Allah 2 bulan satu minggu lagi usianya baru genap setahun. Kali ini adalah cerita setahun rumah (pinjaman) kami. Sebuah kontrakan mungil di pinggir Jakarta, nyaris disenggol kota Depok.

Tidak terasa, rumah yang dipinjami bapak dan ibu ramah, yang tinggal di sebelah, sudah harus kami bayar lagi biaya kontraknya. Meski baru setahun, sudah banyak cerita terukir di rumah berpagar hijau itu. Ada cerita duka, tapi lebih banyak suka citanya. Alhamdulillah.

Saya masih ingat, setahun lalu saya yang dengan perut membuncit dan suami bolak-balik mengangkut barang-barang yang tak seberapa banyaknya dari mobil papa (mertua) ke dalam rumah. Masih segar di ingatan saya, waktu itu kami hanya punya kasur usang yang dipindahkan dari kamar suami ke kamar kami dan sebuah lemari kayu jati kuno peninggalan nenek dari suami. Saya juga masih mengenang betapa saya hanya menumpuk perabotan masak-makan-minum kami di sebuah meja kayu kecil buatan bapak. Lebih dari itu, tak luput pula dari ingatan saya tentang sepinya rumah yang waktu itu hanya ditinggali oleh saya dan suami. Yang paling saya ingat juga adalah ketika saya mulai mulas-mulas kontraksi karena dorongan si jabang bayi ya di rumah mungil itu.

Sekarang... Alhamdulillah, rumah itu mulai ramai. Bukan saja ramai dari celotehan bayi sembilan bulan lebih sekian yang mulai tak bisa diam tangan, kaki, dan mulutnya, tetapi juga ada suara-suara anak-anak tetangga yang ikut bermain bersama. Rumah itu juga tidak selowong setahun lalu. Meski ruang tamu kami masih kosong melompong tanpa ada perabot apa pun, setidaknya kamar utama sudah punya kasur, dapur sudah ada rak piring dan kompor beli sendiri (sebelumnya dipinjami ibu ), dan lemari pendingin penyimpan ASI dan bahan makanan kami.

Tetangga-tetangga masih bilang rumah kami sepi. Ya, karena aktivitas kami masih banyak di luar rumah. Saya dan suami masih bekerja sejak pagi sampai maghrib. Mungkin juga karena kami tidak memiliki si kotak ajaib yang sebenarnya bukan barang mewah lagi pada masa sekarang ini. Kami memang sengaja tidak membelinya. Kami pikir urgensi benda itu belum sampai kategori dibutuhkan. Kami cukupkan hiburan di rumah ini adalah permata hati kami. Bermain dengannya, membaca Al-Qur`an bersama, membaca cerita, bernyanyi-nyanyi, sampai bergotong royong membersihkan rumah. Sungguh hiburan yang tak ada tandingannya.

Bagi kami, tidak mengapa dibilang pelit-kuno-kolot-nggak jamani. Kami tetap up date berita-berita melalui media lain (internet dan koran--difasilitasi oleh kantor ). Justru kami jadi bisa membatasi berita apa saja yang kami inginkan untuk kami konsumsi lebih, dan berita apa saja yang cukup diketahui selentingan. Berita-berita media kini makin gempar saja, heboh, dan kami pikir dampaknya itu akan lebih dahsyat lagi.

Syukurlah, si kecil sudah terbiasa dengan hidup seperti ini. Ketika sesekali kami berkunjung ke rumah mbah atau gedeh yang pastinya ada si benda ajaib itu, ia justru lebih memilih memainkan benda-benda di sekitarnya. Meja, kursi, lemari. Semoga hal ini bermanfaat bagi perkembangannya kelak, dan semoga kami konsisten dengan penanaman nilai yang kami buat.

Setahun sudah....

Wednesday, March 31, 2010

MPASI 6 Bulan Si Azzam

Bismillahirrahmanirrahim

Sejak kelulusan S1 ASIX-nya, Azzam mulai menghadapi tantangan baru, yaitu dunia MPASI. Kepanjangan akronim ini adalah Makanan Pendamping ASI. Karena ini adalah PENDAMPING, tentu makanan utamanya tetap ASI. Fase ini juga jadi tantangan baru buat saya, bundanya. Karena sejak awal, saya menginginkan segala asupan yang akan diterima Azzam adalah racikan dari tangan saya. Uhuy… saya yang amat awam dan amatir dalam hal masak-memasak harus belajar banyak, harus lebih kreatif mengolah menu (sambil berdoa semoga Azzam seperti buyanya yang tidak pemilih dalam hal makanan). Oleh sebab itu, bergabunglah saya dengan milis MPASIRumahan dan Gizi_bayibalita sejak jauh-jauh hari.

Menu MPASI untuk 6 bulan ini saya mulai dengan puree buah. Saya agak berbeda dengan kebanyakan ibu peserta milis MPASI Rumahan yg memulai MPASI dgn serealia (tepung2an). Setelah saya cari2 info, saya meyakini kalo yg paling awal dikasih adalah makanan cair yg menyerupai ASI (mudah dicerna). Oleh sebab itu, saya putuskan MPASI awal Azzam adalah buah plus ASI.

Meskipun saya berbeda menu awal dengan sebagian besar peserta milis MPASI Rumahan, tapi saya tetap mengikuti PANCASILA MPASI Rumahan.
1.       MPASI dimulai usia 6 bulan
2.       MPASI dimasak sendiri (non instant)
3.       MPASI tidak ditambah gula garam (keduanya hanya memperberat kerja ginjal. Nutrisi dari gul-gar tetap bisa diperoleh dari ASI dan bahan alami makanannya)
4.       MPASI dibuat bertahap (encer dulu baru ditingkatkan kekentalannya)
5.       MPASI berasal dari bahan makanan alami

Nah, berikut ini daftar MPASI Azzam usia 6 bulan
1.       Alpukat + ASI (4 hari. 1x/hari), gak ada reaksi alergi, BAB lancar (setiap hari, tp BAB bayi yg dah mulai MPASI memang berbeda dgn bayi ASI)
2.       Pisang + ASI (3 hari. 1x/hari). Ini pisang yg ditanam abu azzam sewaktu masih bujang. Alhamdulillah, gak ada alergi, BAB lancar.
3.       Labu siam baby + ASI (3 hari. 1x/hari). Dikupas kulitnya, dipotong jadi dua trus digosok2 antar 2 potongan itu utk menghilangkan getahnya, trus dikukus, dihaluskan, tambahkan ASI kalo mau disuapin.
4.       Jambu biji merah +ASI (2 hari. 1x/hari). Hari ketiga diberhentikan krn ada bercak2 merah di muka. BAB jg terlalu lancer (3x/hari).
5.       Pear gak pake ASI karena dah cair (4 hari. 2x/hari). Awalnya dikukus dulu, tapi ternyata Azzam gak begitu suka, dilepeh2in. akhirnya diparut aja setelah dikupas kulit dan dibuang bagian tengahnya. Eh, suka dan gak ada alergi, BAB jg lancar.
6.       Melon gak pake ASI jg (4 hari. 2x/hari). Diambil bagian yg dagingnya aja, trus diparut.
7.       Gasol beras merah wangi + ASI (3 hari. 2x/hari). Gak ada alergi, BAB jg lancar.
8.       Gasol beras coklat + ASI (2 hari. 2x/hari) selingannya semangka. BAB terlampau sering dan encer. Diberhentikan (bubur beras dan semangkanya) pas hari ketiga.
9.       Puree kentang + ASI (3 hari. 2x/hari) dan selingan melon. Gak ada alergi dan pupnya juga lancar.



*gak punya kamera, jadi gak didokumentasikan satu per satu. Paling MPASI hari pertamanya aja (puree alpukat). Itu jg pake hp Buya :D

Kalau dari daftar menu di atas, Azzam sudah mulai kenalan dengan makanan karbohidrat kompleks pada minggu terakhir usia 6 bulannya. Dia juga dah mulai makan 2 kali sehari bersamaan dengan makanan karbohidrat kompleksnya. Selain itu, buah tetap dikonsumsi. Pengennya sih membiasakan Azzam makan buah pada pagi hari, tapi banyak yang menentang. Padahal bagus lho konsumsi jus buah pagi hari. Yah, tapi saya masih tetap usahakan dia makan buah tiap hari, yaitu pada waktu siang hari. Jadi, makan beratnya pas sarapan (jam 9 pagi) dan sore (jam  4 sore). Siangnya (jam 12) makan puree buah atau minum jus buah.Karena makanan Azzam pake cara dimasak sendiri, makanya perlu deh tuh perabotan masakan. Saya berusaha untuk menggunakan peralatan yang berbeda dengan perabotan masak yang biasa saya pakai untuk memasak makanan keluarga. Sejauh ini, yang paling sering dipakai adalah baby food maker. Ini daftarnya:

1.       Baby food maker pigeon (160 rb). Beli di Istana Baby sebrang Pasar Jaya Ciracas
2.       Panci stainless steel bergagang dan ada tutup kacanya (40 rb)
3.       Panci kukus stainless steel (45 rb)
4.       sodet kayu (3 rb)
5.       2 Mangkok stainless steel (@ 5 rb)
6.       Pisau stainless steel (5 rb)
7.       Talenan kayu (5 rb)

Point 2-7 belinya di pasar jaya cibubur. Belum sempat foto perabotannya.

Sedangkan untuk wadah makannya, Alhamdulillah ada kado feeding set pigeon lengkap. Jadi bunda-buya gak pake beliin feeding set lagi.

Oya, saya berusaha memasak sendiri MPASI untuk Azzam. Kalau puree buah, biasanya saya bikinnya dadakan. Makanya pas awal2 MPASI, saya selalu datang siang ke kantor, karena nyiapin makanan untuk Azzam dulu . Nah, pas makan karbohidrat kompleks, saya masaknya pagi sebelum ke kantor.  Kalau kata ndahe, bubur gasol bisa tahan sampai sore. Sementara selingannya (buahnya) saya potong2 dan parut pagi hari jg, sebelum berangkat kerja. Lalu, saya masukkan ke wadah Tupperware dan dimasukkan ke dalam kulkas. Kalau mau disuapin, tinggal keluarkan dari kulkas, tunggu sampai dinginnya hilang atau masukkan ke warmer (ini kado dari kakak ipar).

Alhamdulillah, sejauh ini saya masih bisa menyiapkan makanan untuk Azzam. Azzam juga makan dengan baik, meski kadang ada juga dilepeh2nya. Tapi memang saya tidak memaksakan dia untuk makan. Kalau sudah ditolak, ya gempur saja dengan ASI-nya. Awal MPASI-nya, Azzam sempat turun konsumsi ASIP-nya. Biasanya habis 6-7 botol @100/120 ml per hari, ini jadi 3 botol. Alhamdulillah, sekarang sudah normal, bisa habis 4 botol @120-130 ml per hari. Sama seperti Gaza, jagoannya ndahe, Azzam juga emoh makan kalau ada Bunda. Maunya nenen aja, bahkan kalau ASIPnya masih sisa dan Bunda dah pulang kerja, Azzam menolak dengan keras botol ASIPnya.

Azzamku, Bunda-Buya berusaha memberikan yang terbaik untukmu, Nak. Semoga Azzam semakin shalih, pintar, dan sehat selalu ya.

Friday, March 19, 2010

...

cuma ingin mengatakan,

"Terima kasih, ya Allah. Engkau telah mengirimkan pangeran yang tepat untukku. Terima kasih, ya Allah. Engkau telah anugerahkan kami jagoan kecil yang memeriahkan hati dan hari-hari kami."

Tuesday, March 2, 2010

Nadi Azzamil Iman, S.ASIX

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdulillah, Ahad 28 Februari 2010, putra pertama kami lulus program sarjana ASIX (ASI Eksklusif selama 6 bulan). Rasanya senaaaaang sekali. Terlebih karena perjuangan selama 6 bulan itu lumayan bikin berdebar-debar.

Seperti telah saya ceritakan di sini, ASI untuk Azzam baru keluar pada hari ketiga. Alhamdulillah, selama 2 hari itu, Azzam mampu bertahan dgn cadangan makanan yg ada di tubuhnya. Saya dan keluarga pun tidak serta merta memberikan sufor, air putih, atau makanan lainnya. Sukses deh sosialisasi ASIX ke keluarga.

Nah, karena saya seorang ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah, saya pun akhirnya bergabung dgn para pejuang ASI. Mulailah stok ASIP sebulan sebelum masa cuti berakhir. Dua minggu sebelum masuk, Azzam pun mulai diajari minum ASIP.

Awalnya, susah jg tuh menghasilkan ASI peras dan gak gampang ngajarin minum ASIP dgn media selain dot. Namun, berkat dukungan the best breastfeeding father (terima kasih buya) dan semua pihak pendukung (ortu, mertua, dan ibu asuh azzam), semua bisa diatasi. Alhamdulillah.

Nah, ternyata saya pun mengalami tantangan para pejuang ASI itu. Dari mulai produksi menurun, stok ASIP menipis, kejar tayang, sampai dinas keluar, dll. Sempat atasan meminta saya untuk ikut ke Kairo. Seneng tentunya, tapi langsung dilema karena stok ASIP gak memungkinkan untuk ditinggal selama kalau saya ikut ke sana. Alhamdulillah, bos saya yg baik hati mengerti kondisi saya. Saya pun menolaknya. Tapi bukan berarti saya jadi lega. Karena ketika saya dilema itu, saya stress agaknya. Produksi ASI menurun, stok ASIP yg tadinya 38-40 botol tiba2 terkuras jadi 13 botol karena saya selalu defisit (ASIP yg saya peroleh hari itu tidak sebanyak ASIP yg dikonsumsi Azzam).

Segala upaya saya usahakan. Mulai dari makan sayuran hijau yg banyak, minum air putih yg banyak, habbatus sauda, sari kurma, bahkan selangu-langunya susu saya minum. Yup, saya minum susu kedelai setiap hari. Ternyata gak berpengaruh banyak. Akhirnya saya ikhlasin aja. Seberapa pun ASIP yg saya peroleh, selalu saya syukuri dan selalu saya katakan kepada diri saya, "Kamu hebat, ini banyak, lho!" (sambil menatap botol uc yg terisi separuh, bahkan pernah cuma 20 ml)

Alhamdulillah, support dari segala pihak terus mengalir. Saya pun semakin terpicu dan akhirnya produksi membaik, meski tidak jg dikatakan meningkat. Intinya, memang saya harus rileks, ikhlas dgn segala yg bisa saya usahakan.

Nah, tidaklah mengherankan kalau sekarang saya sedikit lega. Kenapa sedikit? Karena perjuangan sesungguhnya belum berakhir. Saya ingin tetap bisa memberikan ASI untuk Azzam sampai usianya 2 thn. Terbayang kan perjalanannya masih butuh waktu yg lumayan? Oleh sebab itu, mohon doa dan support dari teman2 semua, ya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Friday, February 19, 2010

Hidup Tanpa Kotak Ajaib

Sejak memutuskan hidup terpisah dari orangtua (sejak menikah, aku dan suami masih numpang ke orangtua/mertua), kemudian mengontrak karena belum mampu membeli rumah, kami memang sepakat utk tidak membeli televisi. Awalnya, suami sempat tidak setuju. Baginya, televisi jg bermanfaat, bisa mendengar berita, ada dialog2 yg bisa menambah pengetahuan, kajian2, dsb. OK, memang pasti ada segi positifnya si kotak ajaib itu, tapi kupikir kita toh di rumah utk istirahat (wkt itu belum ada Azzam), berita masih bisa di-update dr internet dan koran (asas manfaat fasilitas kantor), kajian bisa ikut secara langsung, hiburan bs didapat dari buku dan sekarang, tentunya bisa dgn main bersama si buah hati. Ya toh? Maka sepakatlah kami utk tdk membeli barang itu.

Sepanjang perjalanan kehidupan kami di kontrakan mungil di sudut Cibubur nan asri, alhamdulillah tidak ada keluh kesah. Tetangga kami ramah dan masih sangat kekeluargaan. Lingkungan masih asri dan masih banyak pepohonan. Waktu masih hamil, memang kontrakan terasa sepi, tapi sejak si kakak bayi lahir dan akhirnya kita boyong jg ke kontrakan, kontrakan mungil itu diramaikan tangisannya yg membahana seentero kontarakan, tawanya menceriakan kami, dan tingkah polahnya membuat kami tak perlu lagi menonton tv demi mencari hiburan.

Nah, aku pun mulai merealisasikan impianku. Aku mulai membiasakan keluarga kecilku dekat dengan Al-Qur`an dan buku. Alhamdulillah, aku yg bekerja di dunia perbukuan dan mempunyai jatah buku2 yg biasa aku edit, setting, atau nomor lepas yg memang lebih dari percetakan. Azzam pun mulai kuperkenalkan dengan buku2 itu.

Ia sangat excited dgn "mainan" barunya, sampai akhirnya sangat menikmatinya. Ini dalam artian harfiyah, ya. Yup, buku2 itu sukses masuk ke dalam mulutnya. Duh, naaaak... Itu bukan hanya buku2nya, tp ia jg merambah ke Al-Qur`an yg tengah kubaca (ditarik2 dan ingin segera dimasukkan ke dalam mulut), buku yg kubaca (padahal ia sedang kususui, tp tangannya tetap menarik2 buku yg kubaca), dan merangkak2 utk merebut buku/koran yg tengah dibaca buyanya. Mungkin ini pertanda ia memang menyukai buku dan memang ia sedang dalam fase oral (memasukkan segalanya ke mulut).

Selain buku2, Azzam memang tdk kami belikan mainan layaknya anak2 seumurannya. Alih2 membelikannya bola, rattle, baby gym game, mobil2an, dsb, kami membelikannya buku kain dgn aneka variasi (berlubang, berkaca, buka-tutup, dan dpt ditarik2), dan flanel board yg bisa dibuat beraneka ragam bentuk (kalo menurut bukunya bisa 300 bentuk berbeda). Alhamdulillah, Azzam suka.

Nah, semalam itu ponakanku (cucu pertama dari mama mertua) menginap di kontrakan kami. Ini bukan pertama kalinya ia main di kontrakan, tp ini menjadi kali pertama ia menginap di sini. Sewaktu kami pulang kerja, serta merta ia merengek ke omnya (suamiku).
"Om Fahri, beli tivi doooong."
"Memangnya kenapa?" tanya omnya.
"Kakak bosan. Kakak gak bisa tidur, nih," jawabnya sambil bergelayut manja ke omnya.
"Em... coba kakak mainin bukunya dedek Azzam," omnya mengalihkan keinginannya dgn mengambil buku dari pustaka lebah milik Azzam.

Karena buku tersebut memang cukup menarik utk anak2 seusianya (4 thn. buku itu full color, gambarnya lucu2, banyak tebak2an, dan gamenya), akhirnya si kakak melupakan perihal tv. Ia justru antusias membaca dan memainya game yg ada di bukunya. Setelah lelah bermain, kuajak ia tidur, lalu ia pun tidur dgn pulas.

Ah... ternyata hidup tanpa tv itu bisa menyenangkan juga kok. Asal tahu cara menanggulanginya.

Friday, January 29, 2010

Asyiknya Be-ASIX Ria


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Benar saja kata orang-orang, menjadi orangtua adalah satu proses belajar alamiah yang tiada henti. Seperti pergantian musim, ada saja hal-hal yang berbeda pada tiap musimnya. Kalau kalian adalah makhluk luar angkasa—misalnya—tentu kalian akan terheran-heran dengan setiap hal baru setiap kali musim itu berganti. Begitulah saya. Seorang ibu baru yang bagaikan alien turun ke bumi. Merasa kagum dan penasaran dengan apa yang terjadi dengan kehidupan saya dan si baby. Uhuy…! Agak berlebihan gak sih? :p
Setelah melewati proses melahirkan, akhirnya tiba fase itu. Fase memberi asupan terbaik untuk bayiku, Azzam. Tidaklah ada asupan terbaik untuk seorang bayi selain ASI selama 6 bulan masa awal kelahirannya (ASI eksklusif/ASIX), dilanjutkan sampai 2 tahun dengan didampingi makanan tambahan. Yakini itu! Tentu banyak hal—yang bisa jadi penghambat—ber-ASIX ria ini. Namun, saya menganggapnya TANTANGAN! Inilah perjalanan ASIX Azzam selama 5 bulan ini. Masih panjang perjuangannya, Jendral!
ASI-ku Belum Keluar
Selama 3 hari, Azzam hanya ngempeng. Ya, ASI-ku blm keluar. Tapi berbekal ilmu dari dokter, bidan, teman2 yg sudah berpengalaman, dan info dari milis AFB (asiforbaby@yahoogroup.com), aku yakin bahwa Azzam baik2 saja. Tentu ia sering menangis dan rewel. Itu wajar saja. Aku terus menyusuinya meski aku tahu kalau belum ada cairan berharga itu. Yg harus diyakini:
-          Bayi bisa bertahan tanpa makanan 2-3 hari kelahirannya
-          Bayi blm punya rasa lapar
-          Bayi menangis bukan berarti lapar. Azzam rewel krn adaptasi dgn lingkungan baru dan kalo pee atau pupup aja.

Baby Blues!
Ehm…, sebenarnya aku berharap gak mengalami ini, tapi sepertinya aku mengalaminya. Ini terjadi ketika setelah Azzam berusia 1 bln, aku dan Abu Azzam balik lagi ke kontrakan mungil kami di Cibubur.
Azzam yg tangisannya bisa menggegerkan seluruh penghuni rumah mbah, ternyata semakin menjadi ketika awal kali pindah ke kontrakan. Kalau di rumah mbah, biasanya Azzam ditenangkan Mbah Bu sambil digendong-gendong. Itulah katanya yg menyebabkan Azzam “bau tangan”. Ih, tangan siapa pula yg bau?
Ketika itu, aku blm punya khadimah. Otomatis segalanya ditangani sendiri, dari terbitnya matahari sampai tertutupnya mata buah hati (Azzamku bobo).
PERSIAPAN ASIX SEBELUM MELAHIRKAN
1.       PERKUAT NIAT, KONDISIKAN LINGKUNGAN (minimal keluarga)
Karena di keluargaku dan keluarga suami gak ada yg ASIX (padahal 2 iparku kerja di bidang kesehatan, lainnya ibu rumah tangga yg full time di rmh), jadilah aku mengampanyekan bhw aku hanya akan memberi ASI selama 6 bln utk bayiku. Tanpa air putih, susu formula, bahkan air zam zam sekalipun. Tantangan pertama fase ini, ASI-ku ternyata belum keluar sampai hari ketiga. Awalnya masih PD krn dari info yg kudapat, newborn baby kuat tidak diberi apa pun selama 72 jam. Selama 3 hari itu, Azzam sering menangis, rewel, tp kuanggap itu adalah prosesnya beradaptasi dgn lingkungan dan suasana baru. Alhamdulillah, hari berikutnya Azzam dah mimik ASI dan gak ngalami kuning.
2.       ILMU ASIX
Baca buku-buku kehamilan (banyak kok bahasan ttg ASIX), tanya2 dokter, bidan, teman2 pejuang ASIX, ikut milis AFB, browsing2. Banyak deh info dan ilmunya. Terutama yg terkait ASIX utk ibu bekerja. Makasih bgt utk saudariku, ndahe. Dia dah kayak konselor laktasi pribadiku. Hehehe :)
3.       Merawat dan membersihkan sumber ASI (PD)
Aku mulai ngelakuinnya agak telat wkt itu, pas kandungan dah masuk 36 minggu, harusnya dari usia kandungan 32 minggu. Itu mungkin yg bikin ASI ku blm keluar wkt hamil, padahal ada yg dah keluar ASInya pas hamil 7 blnan. Tapi kan lebih baik telat daripada tdk sama sekali. Ini nih cara membersihkan PD yg dikasih bidanku:
-          Cuci tangan hingga bersih
-          Kompres puting dgn kapas/kain/tissue bersih yg sudah dibasahi dengan minyak kelapa/zaitun selama 5-10 menit.
-          Bersihkan puting dan aerola dengan kain/kapas/tissue tersebut. Untuk daerah puting bersihkan dengan teliti dan tekan-tekan hingga kotoran dan sel-sel mati ikut terangkat. Ini berguna untuk menbuka pori-pori puting sehingga ASI kelak bisa mengalir lancar dan tidak mampet. Jika puting mampet, kondisi ini akan berbahaya karena akan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar susu (mastitis).
-          Tarik puting, kemudian puntir ke arah dalam. Lakukan hingga 30 kali. Ini berguna untuk melembutkan puting sehingga saat bayi menyusu, lidah bayi yang lembut tidak akan teriritasi oleh puting ibu yang masih keras.
-          Kompres kedua payudara dengan waslap yang direndam dalam air hangat. Diamkan hingga waslap terasa dingin. Ulangi sebanyak 3 kali.
BERASIX RIA SETELAH MELAHIRKAN
1.       IMD
Inisiasi Menyusui Dini. Segera setelah bayi dilahirkan, dibersihkan bagian tangannya (tdk dimandikan), bayi ditidurkan ke atas badan ibu utk mencari sumber pangannya. Dilakukan selama kurleb 1 jam. Aku cuma sukses 5 menitan. Ceritanya ada di sini. IMD sangat bagus untuk perkembangan bayi selanjutnya, terutama pengenalan makanan pertama bayi dari tubuh ibu sendiri, juga sangat baik utk pemulihan kondisi ibu pascapersalinan.
2.       SUSUI BAYI SESERING MUNGKIN
Meski ASI-ku blm keluar sampai hari ketiga, aku tetep menyusui Azzam. Mungkin yg Azzam isap bukan cairan istimewa tsb, tp isapan bayi itu memang ajaib. ASI ku keluar jg dan Alhamdulillah, Azzam gak kena kuning. PERCAYA DEH! Jd jangan buru2 kasih sufor ya, moms.

3.       KERJA HAYUK, ASIX TEUTEUP!
Kalau ibu2 yg full time stay at home bersama baby, ber-ASIX ria mungkin akan lebih mudah, tp bukan berarti gak susah jg sih. Nah, bagaimana dgn ibu bekerja? Bisa! Ini nih tantangan berikutnya ber-ASIX ria:
-          Mengenal ASIP (ASI Peras). Ini adalah ASI yg diperas/dipompa dari PD ibu utk kemudian disimpan dan bisa diberikan ke bayi selama ibu bekerja. Aturan menyimpan ASIP:
a.       Freezer kulkas pintu 2 (terpisah) ketahanan ASI bisa menyampai 3 bulan.
b.      Freezer kulkas pintu satu ketahanan ASI bisa mencapai 2 minggu
c.       Refrigerator (kulkas bawah) ketahanan ASI 2-3 hari
d.      Suhu Ruang ketahanan ASI 4-10 jam

-          Belajar PM (Pompa Memompa/Perah Memerah). Aku gak pake alat bantu seperti pompa, tapi pake alat dari Allah saja, yaitu kedua tanganku. Biasanya butuh wkt 30 mnt-an utk dpt ASIP kurleb 80-120ml. Pernah lagi beruntung, bs dapet 180ml dlm durasi kurang dr 30 mnt. Caraku merah pake tangan:
a.       Cuci tangan
b.      Duduk tenang, rileks
c.       Pejamkan mata, tarik napas dalam2
d.      Usap2 puting dgn lembut
e.      Ketika terasa nyut, peras dgn jari membentuk posisi C terbalik atau U dgn cepat
f.        Kalo udah mulai tetes2, aku pake cara marmet. Diurut2 gitu PDnya. Googling aja, insya Allah ada infonya.
-          Sedia Perabotan ASIP
a.       Kulkas. Aku beli kulkas di lelang barang impor Panasonic yg gak lulus sensor. Lumayan, bisa beli kulkas dua pintu yg harga pasarannya 4 jt-an dengan harga 2 jt udah dianter ke kontrakan. Masih gres, Cuma ada penyok dikiiiit bgt di sisi bagian kiri.
                                                                                                                kulkas murmer :D

b.      Botol. Botol kaca ex UC1000 utk wadah penyimpan ASIP. Botol UC aku dapet dari mulungin ngumpulin bekas minus  temen2 kantor. tinggal beli tutup botolnya di sini. Botol dot utk media mimik ASIP Azzam. Duh, sebenarnya gak rekomen tuh pake dot, khawatir bingung puting. Tapi bagaimanalah aku bisa menghadapi ibu asuhnya Azzam yg menyerah krn Azzam gak bisa diam. Jangankan utk mimik, lagi digendong bahkan bobo aja si Azzam ini aktif bgt tangan dan kakinya. Pernah awal2 diajari mimik ASIP dgn disuapi, tp itu sama buya dan gedehnya (neneknya) dan itu butuh kesabaran ekstra dan kasih sayang penuh.
                                                                 azzam disuapin ASIP sama buya
c.       Cooler bag dan blue ice. Karena di kantor ada kulkas, aku cukup pake dua perangkat ini utk mempertahankan dinginnya ASIP selama perjalan pulang. Setiap kali perah, ASIP aku simpan di kulkas bawah, bukan di freezernya. Cooler bag dan blue ice punyaku keluaran coleman beli di c4 (cooler bag 135 rb, blue ice 63 rb).
                                                                           cooler bag

d.      Pembersih botol2, seperti sabun sleek utk perabot bayi (food grade) harganya lupa euy; sterilizer merek baby care boleh dipinjemin ndahe; penjepit botol kalo sterilin botolnya pake direbus.
e.      Stiker label untuk memberi tanda waktu perah. harganya 5000 aja.
                                                                                                         pulpen dan stiker label

-          Tata Laksana Pemberian ASIP
a.       Sehabis maghrib aku turunin 4 botol dari freezer trus aku tambahin hasil perah hari ini sama habis subuh esok harinya. Kenapa? Karena kulkasku masih gres bgt dinginnya, biasanya ASIP yg turun malam itu belum mencair benar, masih ada esnya. Azzam biasanya paling sering menghabiskan 6 botol @100-120 ml ASIP, tp pernah juga sampe 7 botol beberapa kali. Itu berarti orang rumah nurunin satu botol lagi dari freezer pas siang kalo lihat ternyata tinggal satu botol lagi ASIP di kulkas. Oh ya, nurunin ASIPnya pake sistem FIFO (First In First Out), ASIP dgn tanggal paling tua yg keluar duluan. Bahasanya ngaco pisan >.<
                                           ASIP dan blue ice. stok awal, waktu masih 30-an. sekarang paling banter 25 botol 
b.      Waktu ngajarin mimik ASIP, jgn ibunya yg nyuapin atau ngasih dot. Tapi yg bakal ngemong nanti yg ngasih mimik.
c.       ASIP di udara bebas bisa bertahan 4-10 jam, tp biasanya belum 4 jam jg udah abis sih.
d.      Selama ibu di rumah, bayi mimik ASI langsung dari kendinya :D
Yup, itu aja kali ya yg bisa aku share. Kayaknya dah kebanyakan. Nah, yg namanya ber-ASIX ria memang seru banget, ada seninya, ada deg-deg-degannya apa lagi pas stok mulai menipis. Perjuangan masih panjang! So, semangat terus, cari dukungan dari kanan-kiri-depan-belakang. Kalau memang ada kesulitan, selalu diiringi kemudahan. Yakin itu. Yuk, ah. Udahan dulu. Mau PM lagi nih ;)

Thursday, January 28, 2010

Semangat Pagiiiiii!


Pagi ini gak tau kenapa, rasanya memulai hari dgn happy. well, biasanya jg sih, tp tadi agak beda aja. entah kenapa, rasanya aku kayak balik seperti seorang single lagi. ups... bukan berarti aku mengabaikan tugasku sebagai ibu dan istri ya. tapi yg aku maksud serasa single itu krn dulu aku memulai hari tanpa pernah merasa ada yg perlu dipikirkan :D

nah, suasana happy ini terus berlanjut ketika aku naik angkot M20 setelah didrop buya di Trakindo. top abis deh si bapak sopir, dia nyetel channel radio anak muda. gak tau sih tepatnya itu radio apa. aku kan gak punya dengerin radio.

lagunya asyik2, bikin semangat pagi deh. terutama lagunya si ipang. kok, aku kenal itu suara ipang? iya, aku gak asing lagi sama suaranya. apalagi pas tahun kemarin dia kan ikut nyanyiin lagu iklan sebuah partai that I interest in, jadinya aku kenal deh.

sesampainya di kantor, aku pun ngubek2 om google utk nyari lagu apa sih itu tadi yg aku dengar di angkot. eh, dapet dong ya. om google emang bisa diandalkan ;)
ternyata itu OST Sang Pemimpi. aku cuma tau gembar gembornya aja via internet n koran. gak seperti Laskar Pelangi, kali ini aku gak begitu penasaran sama filmnya. tapi, lagunya OK jg. aku unduh deh tuh mp3nya. ini nih liriknya. happy enjoy!


Teruslah Bermimpi

Apa yang kau takutkan
Dengan semua ini
Bukankah kesedihan
Sering kita alami
Keadaan ini
Buat kita terbiasa

Dengarkan ku bicara
Teruslah bermimpi
Walau kenyataannya jauh berbeda
Teruslah bermimpi
Jangan berhenti

[*]
Percayalah
Lelah ini hanya sebentar saja
Jangan menyerah
Walaupun tak mudah meraihnya

Menghentikan pikiran dengan mata terpejam
Menunggu malam bisa hapus kenyataan
Biar saja mimpi jauh membawa kita

Back to [*]

[**]
Tetap tersenyumlah
Biar semakin mudah
Karena kesedihan pun
Ternyata hanya sementara


*gambar diunduh dari sini*

Wednesday, January 27, 2010

tiba-tiba ada yg perih

salahku sendiri sih
lagian kenapa iseng cari-cari
pas ketemu jadi sakit hati


ah, udahlah
ntar ngaruh ke produksi ASI lagi
pokoknya aku akan tetap happy


jadi gak sabar pengen pulang
dijemput buya tersayang
trus main sama azzam anakku sayang